Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan Banjiri Puncak Upacara Pelebon

Kompas.com - 19/08/2011, 12:55 WIB

GIANYAR, KOMPAS.com - Ribuan orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, maupun masyarakat setempat membanjiri lokasi upacara pelebonan mendiang Anak Agung Rai (80), Kamis (18/8/2011). Anak Agung Rai adalah ibu dari Bupati Gianyar Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati.

Pecalang dan masyarakat Bali mulai memadati sepanjang Jalan Raya Ubud hingga Puri Agung Ubud, sejak pukul 09.00 waktu setempat. Ada yang nongkrong di kafe yang berjejer di sepanjang jalan tersebut. Ada juga yang rela bertengger di atap rumah salah satu warga.

Hal ini mereka lakukan demi mendapatkan gambar yang pas dengan peristiwa yang unik, menarik dan langka. Prosesi menggunakan "bade" menara pengusungan jenazah setinggi 24 meter. Puluhan bahkan ratusan kamera mengabadikan momen tersebut.

Mereka rela berpanas-panasan demi melihat arakan hingga prosesi pelebon usai. Baik itu jurnalis dari berbagai media ataupun warga yang ingin mengambil gambar dari tradisi unik di Bali itu.

"Informasi soal upacara pelebon AA Niang Rai santer di negara kami. Hal itu membuat saya penasaran. Alhasil, saya memboyong keluarga sejak sebulan lalu untuk tinggal di Ubud," kata Kevin Hans (43), wisatawan asal Belanda saat ditemui pada saat upacara pelebonan.

"Saya tidak ingin kehilangan momen. Kalau bisa tiap acara harus saya dapatkan gambarnya. Kan biasanya, saya lihat hanya di televisi, kini bisa langsung," kata Dewi Hartanti (24) asal Jakarta.

Ia mengaku demi melihat prosesi pelebon itu, dirinya menginap di Ubud sejak tiga hari lalu. Ia dan teman-temannya mendengar kabar adanya pelaksanaan pelebon di Ubud. Ia mengetahui hal tersebut dari pemandu di tempat menginapnya di Kuta, Badung. Demi dapat melihat prosesi yang hanya bisa dilihatnya di televisi itu, ia rela nongkrong di Pasar Ubud sejak pagi hari.

Arak-arakan bade dan lembu dari Puri Agung Ubud dimulai sejak pukul 13.00 WITA. Dalam perjalanan ke setra (kuburan), arak-arakan tersebut diiringi lantunan gending dari para pemuda Ubud.

Sedikitnya 4.500 krama yang mengiringi arakan tersebut, termasuk pengusung. Selama arakan hingga menuju setra, terjadi beberapa kali pergantian anggota penggusung bade dan lembu. Di tiap estafet tersebut, membutuhkan 300 orang.

"Untuk menggusung bade yang beratnya mencapai 10 ton hingga ke setra yang jaraknya mencapai 900 meter, diperlukan 4.500 krama. Dari sejak di Puri Agung Ubud hingga ke setra, karma tersebut akan diganti sebanyak tujuh kali. Dan setiap pergantian, membutuhkan 300 orang," ujar Tjokorda Gede  Putra, putra pertama dari mendiang AA. Niang Rai.

Awalnya ada perkiraan Presiden RI akan hadir. Walaupun ternyata tidak hadir, pengamanan tetap ketat. Sebanyak 450 personel gabungan dari polisi, Dishub, Satpol PP Gianyar, turun guna mengamankan jalannya prosesi.

Personel tersebut, tersebar di titik-titik rawan. Titik-titik rawan tersebut antara lain di depan Kantor Tourism Information Ubud, Lapangan Astina Ubud, Kantor Camat, dan perempatan ke Jalan Suksma, Tebessaya, Peliatan.

"Untuk mengamankan puncak pelebon, kami kerahkan 450 personel. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari polisi, Dishub, TNI dan Satpol PP. Dan ini akan disebar disejumlah titik rawan di sepanjanjang jalur yang dilewati prosesi pelebon," timpal Kapolsek Ubud AKP. Gede Redastra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com