Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Gayo, Warisan yang Menghidupi

Kompas.com - 20/08/2011, 02:26 WIB

Win Ruhdi Bathin, tokoh Komunitas Penikmat Kopi Gayo Aceh Tengah, mengungkapkan, citra sebagai kopi berkelas dan permintaan pasar internasional yang masih mengalir itulah yang membuat eksistensi kopi gayo masih bertahan hingga saat ini. Sebagian besar produk kopi gayo pun berorientasi ekspor.

”Kopi gayo ini anugerah. Dari dulu hingga saat ini kualitasnya tak berubah. Permintaan dari luar selalu ada,” katanya.

Keberadaan kopi gayo tak lepas dari kehadiran Belanda di Aceh bagian tengah pada awal abad XX. Menurut Deni Sutrisna, peneliti dari Balai Arkeologi Medan, dalam makalahnya, Komoditas Unggulan dari Masa Kolonial (2010), kopi arabika di Gayo sebenarnya sisa penanaman besar-besaran varietas kopi arabika di Sumatera yang masih bertahan dari hama penyakit pada masa itu.

Pada tahun 1918, Belanda mulai mencanangkan kopi gayo sebagai produk masa depan seiring dengan tingginya minat pasar mancanegara terhadap rasa kopi gayo yang berbeda. Kopi kemudian sedikit demi sedikit menggeser tanaman lada, teh, getah pinus, dan sayuran yang semula menjadi sandaran warga di Dataran Tinggi Gayo.

Seiring itu, ribuan pekerja perkebunan—yang sebagian besar dari Jawa—didatangkan. Sejak itu, Dataran Tinggi Gayo tak hanya mengalami perubahan pola ekonomi, tetapi juga budaya seiring dengan berubahnya komposisi etnis yang ada.

Produk kopi yang kian diminati pasar mancanegara dan tenaga kerja yang melimpah membuat pemerintah kolonial Belanda terus mendatangkan investor masuk ke Aceh Tengah. Pemerintah Belanda mengontrol setiap varietas yang ditanam dan mengontrol kualitas tanaman.

Namun, orientasi pada kontrol kualitas tersebut justru hilang saat masa kemerdekaan tiba. Ladang kopi sempat terbengkalai lama. Apalagi saat masa pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) bergolak.

Baru pada akhir 1950-an, perkebunan kopi mulai digarap kembali. Permintaan pasar internasional mendorong mereka terus membuka lahan baru. Hingga 1972, pembukaan lahan hutan untuk kebun kopi telah meluas hingga 19.962 ha di Aceh Tengah saja. Di Dataran Tinggi Gayo terdapat 94.500 ha lahan kopi arabika, meningkat hampir 19 kali lipat dibandingkan dengan kondisi tahun 1920-an.

Sayangnya, tingginya permintaan pasar ekspor, potensi alam, dan kesuburan lahan yang menunjang produksi itu tak dibarengi peningkatan produksi dan penataan distribusi. Meski luasan tanam terus meningkat, kapasitas produksi per ha atas kopi gayo tergolong rendah. Hanya 721 kilogram per ha per tahun. Bandingkan dengan rata-rata produksi kopi arabika di Jember yang mencapai 1.500 kilogram per ha per tahun.

Mustofa (34), petani di Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Bener Meriah, mengaku tak pernah sekali pun mendapatkan penyuluhan, apalagi pengarahan, dari pemerintah mengenai kopi. Cara penanaman kopi yang dilakukan Mustofa murni dia pelajari dari orangtuanya.

Citra yang tinggi dan tingginya produksi akibat pembukaan lahan yang semakin luas tersebut mendorong kian besarnya ekspansi kopi gayo. Dari 59 perusahaan pengekspor kopi via Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara, sekitar 40 eksportir kopi berasal dari Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Volume ekspor kopi via Belawan tahun 2008 tercatat 54.402 ton dan lebih dari setengahnya berasal dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

”Ini yang sekarang kami khawatirkan. Kami terus menanam. Hutan-hutan ditebang. Petani bekerja keras, tetapi yang menikmati kopi kami orang luar daerah, tauke-tauke besar. Sementara pemerintah diam saja. Padahal, kopi nyawa kami,” tutur Win Ruhdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com