Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajah Eropa di Semenanjung A Ma Gao

Kompas.com - 23/08/2011, 10:42 WIB

Fasad Gereja Santo Paul adalah ikon wisata Makau. Rasanya belum afdal bagi turis yang ke Makau tetapi tak berfoto dengan latar belakang gereja ini. Namun, Anda harus bersabar karena ribuan pelancong lain melakukan hal serupa. Dari atas fasad gereja, wisatawan dapat melihat pemandangan Makau dari ketinggian. Sejumlah wisatawan melemparkan koin di atas runtuhan fasad, disertai harapan yang ingin dicapai.

Berjalan kaki

Mengunjungi obyek sejarah lainnya di pusat kota Makau tidaklah susah karena bisa dicapai dengan berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang tersusun dari batu batako, bukan aspal. Mirip seperti bentuk jalanan di Eropa.

Jarak antarobyek wisata sejarah yang satu ke yang lain tak jauh, sekitar 10 menit berjalan kaki santai, malah bisa kurang. Seperti Klenteng Na Tcha dan Tembok Kota Tua, tepat di belakang runtuhan Gereja Santo Paul. Kuil sederhana milik masyarakat tradisional China ini juga jadi contoh keragaman budaya di Makau.

Ikon wisata berikutnya adalah Senado Square. Dalam perjalanan menuju ke sana, Anda akan melintasi pasar, deretan toko kecil, dan pusat perbelanjaan. Kawasan belanja itu seperti kawasan Legian di Bali atau Malioboro di Yogyakarta yang menjajakan barang bermerek hingga suvenir untuk sahabat di Tanah Air.

Harga oleh-oleh yang ditawarkan relatif terjangkau, mulai dari 10 mop sampai 100 mop (1 mop sekitar Rp 1.100) untuk gantungan kunci, hiasan lemari es, kartu pos, kaus, juga ”lucky cock”, hiasan dashboard mobil berbentuk burung merak. ”Kalau beli banyak, bisa saya beri diskon,” ujar Gloria Bautista (40), pengelola toko Beautiful Souvenir of Macau, dengan ramah.

Senado Square adalah ruang publik tempat penduduk Makau menyelenggarakan beragam kegiatan selama puluhan tahun. Halaman batu berhiaskan kolam air mancur itu dikelilingi gedung tua bercat warna pastel dan kuning, menambah kesan klasik Mediterania. Di depannya berdiri megah bekas gedung pemerintahan, Gedung Leal Senado (Loyal Senate).

Pada malam hari, khususnya Sabtu dan Minggu, Senado Square dipadati warga asli dan pendatang. Hampir semua suku bangsa ada di sana. Bahkan, jangan kaget jika telinga Anda berulang kali mendengar perbincangan dalam bahasa Indonesia yang medok logat Jawa. Sebab, di sana biasanya para tenaga kerja Indonesia (TKI) di Makau berkumpul menghabiskan hari liburnya.

Layaknya Victoria Park di Hongkong, kata Haryani (30), TKI yang sudah lebih dari empat tahun bekerja di Makau. Senado Square adalah tempat TKI bertemu dan berbagi kisah. Dari Minggu pagi sampai larut malam, mereka membelanjakan uang hasil kerja, membeli baju, kue, dan lainnya.

Dari Senado Square yang tidak sampai 10 menit ditempuh dengan berjalan kaki santai dari runtuhan Gereja Santo Paul, kita bisa mengunjungi Gereja Santo Agustine dan Santo Joseph, Gedung Pertunjukan Dom Pedro V, Katedral, dan Perpustakaan Sir Robert Ho Tong. Ada juga Klenteng Sam Kai Vui Kun yang dulunya dibangun di pusat niaga warga China di Makau dan menjadi tempat sembahyang para pedagang dan pengusaha di sana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com