Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cicipi Renyahnya Kripik Kulit Singkong

Kompas.com - 24/08/2011, 13:07 WIB

Ide untuk membuat kripik kulit singkong, menurut Bekti datang dengan sangat sederhana. Kala itu, ia bersama keluarga pulang ke kampung halamannya di Wonogiri. Saat sedang asyik di teras rumah orang tuanya, tiba-tiba melintas penjual gudangan (sejenis urap).

Lalu penjual itu dipanggil. Bekti, bersama suami membelinya. Ternyata gudangan itu, selain ada campuran dari daun ketela, ada juga kulit ketela.  "Saya berpikir, kalau bisa digunakan untuk gudangan, berarti kulit ketela bisa digunakan untuk makanan lain," kata Bekti.

Lalu sepulang dari kampung, Bekti bersama suami, melakukan inovasi. Kulit singkong yang biasanya dibuang, dikumpulkan. Setelah terkumpul, kemudian dijadikan satu di sebuah ember besar.

Kulit singkong itu, kemudian dicuci bersih dan kulit paling luar dikerok. Kini tinggallah kulit singkong bagian dalamnya. Selesai dibersihkan, lalu diberi bumbu dan kemudian direbus. "Setelah kami jemur, kemudian digoreng dan selanjutnya dimakan," kata Bekti tertawa renyah.

Kripik kulit singkong ini awalnya dikonsumsi sendiri. Namun setelah beberapa Minggu, tidak mempunyai efek samping, kripik tersebut diproduksi banyak dan dijual. "Bumbu kripik kulit singkong kami buat sendiri. Ada beberapa bumbu yang saya masukkan. Tapi ini rahasia perusahaan," akunya.

Bagi kita yang belum pernah merasakan kripik kulit singkong buatan Bekti, pasti tidak percaya kalau cemilan tersebut dari kulit singkong. Sebab rasanya renyah, enak dan gurih serta empuk.

Menurut Bekti, dari minimal 2 kwintal singkong yang ia produksi menjadi kripik  setiap hari,  bisa terkumpul sekitar 5 kilogram kulit singkong. Setelah dimasak dan dijadikan kripik, dijual per kilogram Rp 40 ribu. Sementara kripik singkong Rp 35 ribu per kilogram.  "Yang jelas, dari usaha saya itu, saya sudah bias membuat rumah, beli kolt dan sepeda motor," kata Bekti.

Lalu, untuk memudahkan orang mengenal kripik singkong dan kripik kulit singkong buatannya, ia memberi nama 'Tiara'. Nama 'Tiara' diambilkan dari nama mutiara, yang artinya bersinar. "Supaya orang cepat hafal, lalu kami ambil nama 'Tiara'. Nama itu lebih mudah diucapkan daripada Mutiara," katanya sambil tersenyum lebar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com