Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cicipi Renyahnya Kripik Kulit Singkong

Kompas.com - 24/08/2011, 13:07 WIB

KENDAL, KOMPAS.com - Anda pasti sudah pernah makan makanan yang terbuat dari bahan ketela pohon alias singkong. Biasanya singkong digoreng, direbus, atau dijadikan getuk. Tapi, pernahkan Anda, memakan kripik dari bahan kulit singkong?

Kalau belum, Anda bisa membeli kripik kulit singkong itu dari Bekti Susiati (33), yang tinggal di Jalan Bimasena RT 03 RW 1, Desa Purwokerto Patebon, Kendal, Jawa Tengah.

Tapi Anda harus cepat. Karena menurut Bekti, kripik kulit singkong buatannya, cepat habis diborong orang. Apalagi menjelang lebaran. "Banyak orang yang memesan kripik singkong buatan saya," kata Bekti, Rabu (24/8/2011).

Pemesannya tidak cuma dari kalangan Kendal, tetapi ada juga yang dari luar kota. Di antaranya Jakarta, Semarang, Pekalongan, Tegal, Bandung dan sebagainya.

Konsumen mengenal produk karya Bekti ini dari mulut ke mulut. Kebetulan, Bekti, mempunyai paguyuban 'Wong Wonogiri'. Perkumpulan ini, dilaksanakan setiap bulan sekali. Selain bersilaturahim, pertemuan juga membicarakan persoalan-persoalan anggota. Lalu, masing-masing membantu kesulitan anggotanya.

"Bantuan tidak hanya berupa materi, tetapi juga motivasi dan tenaga. Di antaranya, ya ikut memasarkan usaha saya ini," ungkap Bekti.

Bekti, yang sekarang mempunyai 6 karyawan, mengawali usahanya pada tahun 2003, dengan membuat kripik pisang. Modal awalnya, hanya beberapa ratus ribu rupiah. Usaha itu, bisa berjalan, meskipun keuntungannya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Namun, sekitar dua tahun kemudian, usaha tersebut sedikit mengalami kesulitan. Sebab pisang semakin mahal, karena sulit didapat. Hingga akhirnya, ia beralih membuat kripik singkong atau ketela pohon. Sebab singkong mudah didapat dan harganya cukup murah.

Suatu ketika, supaya pembeli tidak jenuh, kripik singkong itu, dijadikan beberapa rasa. Ada kripik singkong rasa gadung, singkong asin, krecek jenthik singkong, dan krecek pedas. "Setelah itu, kami membuat kripik dari kulit singkong," kata ibu beranak dua ini bangga.

Kendala usahanya, menurut Bekti, pada saat datang musim hujan. Sebab jarang ada sinar matahari. Sehingga kripik singkong dan kripik kulit singkong sulit kering saat dijemur. Untuk mengatasinya, sebelum datang musim penghujan, ia menyetok bahan baku, dengan cara menjemur singkong dan kulitnya sebanyak-banyaknya.

Ide untuk membuat kripik kulit singkong, menurut Bekti datang dengan sangat sederhana. Kala itu, ia bersama keluarga pulang ke kampung halamannya di Wonogiri. Saat sedang asyik di teras rumah orang tuanya, tiba-tiba melintas penjual gudangan (sejenis urap).

Lalu penjual itu dipanggil. Bekti, bersama suami membelinya. Ternyata gudangan itu, selain ada campuran dari daun ketela, ada juga kulit ketela.  "Saya berpikir, kalau bisa digunakan untuk gudangan, berarti kulit ketela bisa digunakan untuk makanan lain," kata Bekti.

Lalu sepulang dari kampung, Bekti bersama suami, melakukan inovasi. Kulit singkong yang biasanya dibuang, dikumpulkan. Setelah terkumpul, kemudian dijadikan satu di sebuah ember besar.

Kulit singkong itu, kemudian dicuci bersih dan kulit paling luar dikerok. Kini tinggallah kulit singkong bagian dalamnya. Selesai dibersihkan, lalu diberi bumbu dan kemudian direbus. "Setelah kami jemur, kemudian digoreng dan selanjutnya dimakan," kata Bekti tertawa renyah.

Kripik kulit singkong ini awalnya dikonsumsi sendiri. Namun setelah beberapa Minggu, tidak mempunyai efek samping, kripik tersebut diproduksi banyak dan dijual. "Bumbu kripik kulit singkong kami buat sendiri. Ada beberapa bumbu yang saya masukkan. Tapi ini rahasia perusahaan," akunya.

Bagi kita yang belum pernah merasakan kripik kulit singkong buatan Bekti, pasti tidak percaya kalau cemilan tersebut dari kulit singkong. Sebab rasanya renyah, enak dan gurih serta empuk.

Menurut Bekti, dari minimal 2 kwintal singkong yang ia produksi menjadi kripik  setiap hari,  bisa terkumpul sekitar 5 kilogram kulit singkong. Setelah dimasak dan dijadikan kripik, dijual per kilogram Rp 40 ribu. Sementara kripik singkong Rp 35 ribu per kilogram.  "Yang jelas, dari usaha saya itu, saya sudah bias membuat rumah, beli kolt dan sepeda motor," kata Bekti.

Lalu, untuk memudahkan orang mengenal kripik singkong dan kripik kulit singkong buatannya, ia memberi nama 'Tiara'. Nama 'Tiara' diambilkan dari nama mutiara, yang artinya bersinar. "Supaya orang cepat hafal, lalu kami ambil nama 'Tiara'. Nama itu lebih mudah diucapkan daripada Mutiara," katanya sambil tersenyum lebar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

    World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

    Travel Update
    Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

    Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

    Travel Update
    Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

    Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

    Travel Update
    5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

    5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

    Jalan Jalan
    Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

    Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

    Travel Update
    Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

    Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

    Travel Tips
    Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

    Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

    Travel Update
    19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

    19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

    Travel Update
    Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

    Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

    Travel Update
    Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

    Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

    Travel Update
    Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

    Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

    Travel Tips
    BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

    BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

    Travel Update
    Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

    Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Amanah Borneo Park di Banjarbaru, Punya Wahana Seru untuk Anak-anak

    Amanah Borneo Park di Banjarbaru, Punya Wahana Seru untuk Anak-anak

    Jalan Jalan
    Amanah Borneo Park: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Amanah Borneo Park: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com