Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Aroma Warisan Era Komunis

Kompas.com - 26/08/2011, 18:25 WIB

KOMPAS.com - Tahukah Anda bahwa Perang Dingin bukan hanya ribut soal senjata, tetapi juga berlomba membangun gedung pencakar langit. The Seven Sisters menjadi bukti kongkretnya. Kini, bangunan menjulang di Moskwa itu merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi turis asing yang berkunjung ke ibu kota Rusia.

Saat pertama kali datang di Rusia pada tahun 2008, saya merasa kesulitan mencari tempat tinggal yang harganya pas dengan kantong. Sewa untuk apartemen dua kamar tidur pada gedung yang relatif baru berkisar 3.500 dolar AS per bulan.

Tentu terlalu mahal untuk ukuran dompet saya. Akibatnya, saya terpaksa pindah dari satu apartemen ke apartemen lain yang sebenarnya kurang layak. Lift-nya berbau kurang sedap dan jalan masuk menuju apartemen relatif gelap. Apa boleh buat.  

Tepat pada hari H saya mematok deadline angkat koper di apartemen sewaan sementara, seorang teman memperkenalkan saya dengan anak muda Rusia. Pria dengan tinggi lebih dari 190-an sentimeter ini lumayan bisa cas-cis-cus bahasa Inggris. Aksennya seperti orang Amerika.

Selidik punya selidik, ia memang sempat mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam dan beberapa negara di Eropa Barat. Dan, yang paling penting, ia adalah cucu seorang jenderal yang memiliki sebuah apartemen yang sedang ditawarkan.

Negosiasi lancar dan akhirnya kami sepakat untuk menyewa apartemen tua warisan sang kakek. Gedungnya, yang diberi nama Kotelnicheskaya, sudah uzur, tetapi sangat menarik dari sisi arsitektur.

Bentuknya mirip Candi Bodobudur dengan ciri mengerucut lancip di tengah. Banyak patung perjuangan dan logo komunis. Lokasinya juga sangat strategis, dekat Kremlin dan persis di pinggir pertemuan Sungai Moskwa dan Sungai Yauza.

Diarsiteki Dmitri Chechvlin dan Andrei Rostkovsky, Kotelnicheskaya yang peletakan batu pertamanya tahun 1938, memiliki tinggi 176 meter dengan 32 lantai. Ternyata, 26 di antaranya dipakai untuk apartemen. Sisanya digunakan untuk kantor dan ruang pendukung gedung.

Pada masa komunis, bangunan tua tersebut merupakan perumahan elit bagi para petinggi partai dan juga pejabat bersama keluarganya. Tidak ada orang miskin yang berani mendekat karena penjagaan yang superketat.

Betapa bahagianya saya mendapatkan apartemen ini. Selain harganya rasional, pemandangannya aduhai. Dari jendela ruang tamu lantai 5, setiap hari saya bisa menatap langsung Gereja St. Basil dan Lapangan Merah yang begitu masyhur.

Dari dua balkon yang ada, setiap pulang kerja bisa menikmati pemandangan aliran sungai Moskwa yang tenang dengan kapalnya yang hilir mudik. Bahkan, semua kegiatan yang ada di Lapangan Merah, seperti parade senjata dan pesta kembang api, bisa ditonton langsung dari jendela dan balkon apartemen. Tidak perlu kedinginan di jalan raya. Saya benar-benar menikmati aroma komunis di zaman kebebasan. Sesuatu yang luar biasa.

Sampai sekarang saya masih tetap setia menempati sebuah gedung bersejarah yang merupakan salah satu dari “The Seven Sisters”, atau masyarakat setempat menyebutnya sebagai “Stalinsky Vysotky” (gedung pencakar langit Stalin) itu. Ketujuh gedung tersebut merupakan warisan arsitektur di masa kejayaan Stalin.

Bangunan bertipe barok, penuh ornamen perjuangan kelas serta berhiaskan tanda palu arit ini bagi sebagian orang Rusia merupakan simbol pendindasan. Tetapi apa pun kontroversialnya saat itu, gedung-gedung tersebut telah menjadi representasi era Soviet di Moskwa modern saat ini.

Berdasarkan sejarah, pasca-Perang Dunia II dan memasuki Perang Dingin, Josev Stalin ingin lebih mengaktualisasikan Soviet sebagai salah satu super power yang tidak ada tandingannya. Salah satu sisi persaingan yang harus dimenangkan melawan para musuhnya saat itu adalah di bidang arsitektur.

Selain itu, Stalin kabarnya akan merasa malu bila orang-orang Barat datang ke Moskwa dan tidak melihat gedung pencakar langit yang merupakan simbol peradaban baru. Oleh karena itu, ia ambil bagian langsung dalam pembangunan gedung-gedung perstisius saat itu.

Menurut Stalin, Moskwa setidaknya harus memiliki 8 gedung pencakar langit modern dengan arstitektur khas yang mampu bersaing dengan gedung-gedung di Amerika ataupun di Eropa Barat seperti Inggris. Roda pembangunan gedung-gedung modern mulai digerakkan pada tahun 1930, baik di Moskwa maupun kota-kota lainnya.

Adapun gedung yang direncanakan menjadi puncak peradaban adalah Palace of Soviets dengan tinggi 415 meter, di pucuknya akan berdiri patung Lenin setinggi 100 meter. Sayang gedung terakhir dan puncak peradaban ini gagal dibuat meskipun telah mengorbankan gedung lain yang sangat bersejarah, Katedral Khram Khrista Spasitelya (gereja putih).

Menurut banyak pengamat, pembangunan gedung bersejarah antara tahun 1933 hingga 1955 lebih banyak diwarnai oleh selera Stalin yang lebih mengedepankan modernitas. Namun sejak Khrushchev naik ke tampuk kekuasaan, konsep arsitektur Stalin dibabat dan diganti dengan kombinasi barok dan gotik. Dua ciri terakhir inilah yang kemudian banyak muncul pada The Seven Sisters yang dikenal sebagai model wedding cake dengan menara runcing di puncaknya.   Gedung terakhir dari the Seven Sisters selesai dibangun pada tahun 1957, atau empat tahun setelah kematian Stalin. Setelah itu, Akademi Arsitek yang diberi tanggungjawab pembangunan dibubarkan dan berakhirlah apa yang disebut era arsitektur ala Stalin. Gedung kedelapan yang direncanakan semula tidak pernah terealisir sampai saat ini.

Adapun tujuh bangunan impian Stalin yang selesai dibangun dan sekarang dipakai untuk berbagai kepentingan yakni Universitas Negeri Moskow (1949-1953), Hotel Ukraina-Radisson (1953-1957), Hotel Leningsradskaya (1949-1952), Kementerian Luar Negeri (1948-1953), Apartemen Kotelnicheskaya (1938-1940), Gedung Bundar Kudrinskaya (1948-1954) serta Gedung Administrasi (1949-1953).

Sebenarnya masih ada dua lagi gedung yang mirip dengan the Seven Sisters yang kemudian sering disebut-sebut sebagai the Eighth Sister. Pertama adalah Palace of Culture and Science di Warsawa, sebagai bagian dari upaya Stalin mengomuniskan Polandia. Kedua, Triumph Palace di Moskwa yang memiliki ketinggian 264 meter. Bahkan di Riga, Latvia, terdapat juga gedung Akademi Ilmu Pengetahuan yang sering dikatagorikan sebagai the Eighth Sister.

Cara Menikmati The Seven Sisters

Untuk lebih menikmati the Seven Sisters di kota Moskwa maka pelacong sebaiknya pergi ke bukit Lenin, atau lebih dikenal dengan sebutan Leninsky Gory. Di sini terdapat Moscow State University atau Lomonosov University (MGU) yang menempati salah satu dari the Seven Sisters. Inilah the peak of Moskwa sehingga semua pelosok kota bisa dipandang dengan mata telanjang.

Diresmikan tahun 1953, gedung tersebut merupakan bangunan tertinggi (240 meter) di Eropa sampai dengan tahun 1990. Hingga kini masih merupakan bangunan universitas tertinggi di dunia. Pembangunannya dilakukan  oleh 14.290 pekerja yang utamanya adalah para tawanan perang dan menghabiskan 40 ribu metrik ton baja. Setiap ujungnya yang semakin meruncing mengingatkan kita pada stupa-stupa candi Borobudur. 

Bangunan megah berwibawa itu sengaja dibuat oleh Stalin bersama para arsitek pilihan saat itu untuk semata-mata menunjukkan bahwa Soviet tidak kalah dengan Amerika Serikat (The Manhattan Municipal Building, 1915) dan Inggris (The Royal Liver Building, 1911). Penempatannya di bukit tertinggi di Moskwa tentulah bukan sebuah kebetulan semata. Namun merupakan campur tangan orang nomor wahid di Soviet saat itu.

Di bagian seberang jalan yang berdempetan dengan lereng bukit, sengaja dibuat trotoar yang lebarnya 25 meter sepanjang seratusan meter. Di tengah-tengahnya terdapat pedagang kaki lima yang setia menjajakan aneka suvenir khas Rusia seperti boneka matrioshka, jam kuno zaman komunis, topi bulu hingga gantungan kunci.

Semua berjajar rapi dengan lapak yang sama. Terlihat para pengunjung mengerubungi semua lapak yang ada sambil menawar. Maklum saja harga suvenir di sini setinggi langit sehingga bagi yang ahli menawar, harga bisa turun sampai 50 persen.

Dari belakang para penjaja inilah para pengunjung biasanya mengambil gambar dan berfoto ria dengan latar belakang kota Moskow. Pemandangan yang tercipta oleh alam pun tidak kalah eloknya. Dari bukit ini terlihat hutan Lenin yang cukup luas diakhiri dengan aliran sungai Moskwa yang tenang. Di sebelahnya terlihat stadion sepakbola kembaran Gelora Bung Karno Senayan yang megah dan aneka gedung kota yang menjulur ke langit.

Hebatnya lagi, menghadap ke kota sambil membelakangi Universitas Negeri Moskwa, dari kejauhan kita akan bisa menimati enam gedung dari the Seven Sisters. Tinggi, runcing menjulang dan menakjubkan. Sangat eye catching. Dipastikan mata dan pikiran kita akan menerawang jauh ke masa lalu sambil mencicipi lebih dalam aroma warisan kejayaan era komunis. Uh... (M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia pada KBRI Moskwa, ajimoscovic@gmail.com)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com