Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Minus 30 Derajat Celcius

Kompas.com - 09/09/2011, 14:37 WIB

KOMPAS.com - Musim dingin penuh salju berderai-derai mungkin indah bagi sebagian dari kita, tetapi menyebalkan buat yang lain. Bila ingin menikmati saju, datanglah ke Rusia.  

Mulai pertengahan September ini, saya dan beberapa teman memulai sebuah ritual psikologis yang disebut stres. Itu gara-gara alam telah menunjukkan gejala yang bakal terjadi 4-5 bulan ke depan: datangnya musim dingin. Baru dua bulan matahari mencorong, kini sudah redup. Bahkan beberapa pohon sudah menguning daunnya. Semua sedang menuju satu titik: musim dingin.

Dalam bayangan saya, akan terlihat lagi dari jendela kamar tamu saya, ratusan “kapas” putih yang melayang-layang jatuh ke pangkuan bumi. Meskipun pendapat umum mengatakan salju baru turun di bulan Desember atau saat malam Natal, tetapi di sini, di Moskwa, salju sudah menunjukkan batang hidungnya jauh lebih awal, kadang pertengahan Oktober. Kepala saya hanya mengeleng-geleng.  

Tanpa sadar, sambil menyandarkan tubuh pada daun pintu dan memandang taman, pikiran ini mengembara menuju sebuah kenangan indah selama 2 bulan ke belakang. Bagaimana tidak, selama musim panas selalu dinikmati indahnya mentari yang rajin menyapa di pagi hari, menyengat tubuh di waktu siang dan tetap bersahabat hingga pukul 22.00.

Suatu masa bahagia saat sandal jepit bisa dikenakan plus dasi dan jas disimpan. Anak-anak berlarian riang sambil bernyanyi, serta wanita Rusia semampai unjuk kemolekan tubuh dengan parfum semerbak. Sungguh, sinar sang mentari telah menyebabkan keriangan hati. “I miss summer so badly,” pikirku.  

Sambil terus tertegun, saya pandangi pohon-pohon yang sedang melakukan prosesi merontokkan daun-daunnya. Ada yang masih hijau, sebagian kuning, atau malah sudah ada yang rontok. Inikah akhir kebahagiaan dalam setahun? Tidak lama lagi, pelataran dipenuhi sampah daun yang tak pernah selesai disapu sebelum pohon menjadi gundul dan meranggas.

Demi Tuhan, keindahan musim gugur dengan suhu 15 derajat adalah suasana yang sangat romantis dan waktu memadu kasih tanpa batas. Seolah, Tuhan di atas sana memberikan golden time terakhir kepada manusia sebelum datangnya nestapa musim dingin yang mengerikan itu.  

Di kepala saya, semua kenikmatan itu pasti segera sirna. Musim gugur yang saya harapkan bisa berlangsung sampai November, bisa jadi dipangkas Tuhan setengah bulan. Kenikmatan menggunakan kaos oblong dan berlarian bertelanjang kaki nyaris tinggal kenangan. Kebahagiaan bergandeng tangan dengan pasangan di hutan-hutan pinggir kota untuk sementara dikubur dalam foto yang disimpan dalam Multiply maupun Facebook. Kepiluan hati kini sudah berada di depan mata.  

Di bumi bagian utara ini, kedatangan musim dingin yang diselimuti salju lebih merupakan sebuah keribetan dalam berbagai aspek. Mulai bulan ini, mendung sudah menggelayut di udara hampir sepanjang hari. Suasana temaram yang ditingkahi angin kutub seolah bercinta bagaikan Rama dan Shinta. Mereka berdua bersatu bertali kasih menggantikan perpaduan sinar mentari dan hangatnya suasana hati.  

Uniknya, persiapan musim dingin diantisipasi lebih baik oleh kawanan unggas. Begitu angin kutub berhembus, mereka bergegas migrasi menuju ke arah selatan menempuh jarak ribuan kilometer. Lebih suka berada di Spanyol atau Yunani. Burung-burung tersebut seolah enggan mengikuti manusia bebal yang mau bertempur melawan peliknya musim dingin. Atau, mungkin inilah musim vakansi mereka ke kota-kota dunia yang meyediakan hawa panas. Kicauan burung di pagi hari enyah sudah dari pendengaran saya, menyisakan siulan angin dingin yang membawa salju dan mengetuk-ngetuk kaca cendela.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com