Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Minus 30 Derajat Celcius

Kompas.com - 09/09/2011, 14:37 WIB

Dalam bayangan saya tampak jelas, empat bulan ke depan adalah masa sulit dalam rutinitas hidup. Mungkin, besok pagi harus mengeluarkan aneka atribut yang saya benci setengah mati: kaos yang melekat di tubuh (baju monyet hanoman), jas tebal, sarung tangan kulit, dasi, mantel bulu, topi kulit yang menutup hingga telinga, krim kulit dan muka, pelembab khusus untuk bibir, syal penutup leher, kaos kaki tebal, serta sepatu khusus (beralas karet dan dalamnya dilapisi bulu). Tidak hanya itu, selimut sangat tebal mesti disiapkan dan pemanas ruangan dinyalakan.  

Selesaikan dengan itu semua? Nyet alias tidak. Sebelum datangnya salju yang mencekam, ban mobil musim panas harus segera diganti dengan ban winter yang menggunakan paku bila tidak ingin selip. Bahkan rantai ban juga disiagakan untuk antisipasi apabila paku-paku pada ban tidak mampu melawan kerasnya salju musim dingin. Oli mesin sudah selayaknya diubah yang sintetis agar tidak beku pada suhu minus. Bahkan, air radiator segera diganti dengan cairan khusus yang mampu tetap cair hingga minus 40 derajat. Tidak lupa mengecek apakah pemanas (heater) mobil tetap berfungsi dengan benar.  

Di antara yang paling menyebalkan adalah mengurangi kebiasaan saya mandi dua kali sehari. Pada musim dingin dengan cuaca yang sangat kering maka keseringan mandi (menggunakan sabun) dipastikan akan membuat iritasi kulit. Tidak boleh menggosok tubuh apalagi dengan batu seperti yang saya lakukan waktu kecil di sungai sebelah desa. Kalau memaksakan dengan dalih ingin bersih, dipastikan semua anggota badan akan terasa gatal dan tangan ini tidak pernah berhenti menggaruk, meski saat tidur.  

Begitu salju datang berderai-derai, maka tubuh harus siap masuk dan pulang kantor tanpa sapaan sang mentari. Sebab ia hanya akan menyeruak dengan sinarnya yang sengat lemah mulai pukul 09.00 sampai 14.00. Kala itu matahari betul-betul memihak pada bumi bagian selatan dan pisah ranjang dengan kita di bagian utara. Kesibukan berangkat pulang kantor juga diwarnai aktivitas ritual mengorek-ngorek tumpukan salju yang menggunungi mobil.  

Tidak hanya itu, sepanjang jalan akan terjadi kemacetan yang sangat akut karena semua pengendara bisa dipastikan tidak ada yang ngebut. Jarak dua kilometer di tengah kota yang biasanya ditempuh 10 menit, maka siap-siap dikalikan tiga menjadi 30 menit. Bahkan, di Moskwa, musim salju adalah masa tabrakan mobil akibat rendahnya kesabaran sebagian pengendara ditambah licinnya jalan akibat es..  

Seperti setahun yang lalu, pastilah bibir saya akan sering gemetaran dalam sebuah freezer alam yang mencapai minus 30 derajat Celcius. Rasa dingin di telapak kaki bagaikan tusukan paku-paku yang tidak kenal kompromi. Kepala juga sering terasa pusing bila tidak tertutup rapat. Sungguh, hidup di Moskwa seringkali jauh lebih dingin dari freezer kulkas Anda di Indonesia. Tubuh ini bak seekor ayam potong yang belum sempat dimasak dan disimpan dulu di pojokan kulkas paling dingin.  

Lamunan saya menjadi tambah liar membayangkan hangatnya kehidupan di Indonesia yang senantiasa diberkahi sinar mentari tanpa jeda. Kaos dan baju tipis setiap waktu bisa dikenakan. Kaki bisa selalu disandaljepiti dipadu dengan celana pendek. Lalu satu kaki nangkring diatas kursi sambil menyantap es campur. Uenak tenan. Terbayang kehangatan mentari di Taman Mini, Parangtritis, Tunjungan, Kuta hingga Senggigi. Betapa nyamannya hidup di negeri tercinta Indonesia.  

Uh.,.tiba-tiba lamunan buyar seketika saat pundak ini ditepuk keras dari belakang. Teman lama saya rupanya mengamati dan ingin tahu apa yang sebenarnya saya pikirkan.  

“Cuma membayangkan beratnya hidup saat musim dingin bersalju hingga minus 30 derajat di Moskwa,” tuturku tanpa ekspresi.

“Bersyukurlah, Natcalnik (bos),” katanya pelan tapi tegas.

“Bersyukur. What???” tanyaku dengan mimik serius dan mata mendelik.

“Ya lah... Tempat aku tinggal di kota Irkuts, Rusia juga, temperatur saat winter bisa mencapai minus 60 derajat Celcius. Dinginnya Moskwa sih cemen!” katanya sambil berlalu.

(M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia pada KBRI Moskwa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Travel Update
5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

Jalan Jalan
5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

Hotel Story
Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

Travel Tips
Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Travel Update
6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com