Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Al Irsyad, Indah Berkat Pemanfaatan Sinar Matahari

Kompas.com - 06/10/2011, 14:30 WIB

KOMPAS.com - Tropikalitas itu tidak melulu harus dilawan, namun bisa berjalan beriringan dengan desain. Kalimat inilah yang diamini oleh arsitek Ridwan Kamil dari Urbane dan dituangkannya dalam desain masjid Al Irsyad, Kotabaru Parahyangan, Padalarang, Bandung, Jawa Barat.

"Tropikalitas biasanya diakali, misalnya dengan menggunakan teritisan. Tapi, saya melihat lokasi masjid ini begitu indah, seperti namanya Bukit Tatar Parahyangan yang artinya, diciptakan Tuhan saat tersenyum. Rasanya, sayang melihat keindahan itu disembunyikan. Akhirnya, saya menggunakan kekayaan sinar matahari untuk kekayaan ruang," kata Ridwan di acara FuturArc Forum 2011 di Jakarta, Selasa (4/10/2011) lalu.

Kekayaan sinar matahari untuk masjid peraih FuturArc Green Leadership Award 2010 ini bisa dilihat di dalam ruangannya. Ridwan mendesain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan alam. Saat matahari terbenam, cahaya semburat matahari akan masuk dari bagian depan yang tak berdinding itu.

Di sekeliling arah kiblat terdapat kolam, yang memantulkan cahaya matahari ke plafon. Suasana ruang di dalam masjid ini juga sengaja dibuat gelap dan puitis.

"Ketika orang shalat, ia mencari keheningan pribadi, sehingga ruang temaram lebih mendukung, ketimbang ruangan terang benderang," jelasnya.

Ridwan, yang menyukai simbol-simbol ini, lalu memasukkan 99 nama Allah SWT atau asmaul husna dalam dekorasi langit-langit masjid ini. Ia juga berinteraksi dengan desain grafis membentuk kalimat syahadat pada dindingnya. Selain menampilkan keindahan, dinding ini juga berfungsi sebagai ventilasi udara.

Uniknya, masjid ini tak seperti masjid kebanyakan dengan kubah di atasnya. Terinspirasi bentuk kabah di Masjidil Haram, Mekkah, yang berbentuk kotak dengan lingkaran mengelilinginya, Ridwan ingin mengubah stigma masjid selalu berkubah.

"Klien awalnya minta masjid dengan kubah. Lalu, saya memperlihatkan studi bahwa masjid tak selalu dengan kubah. Kubah juga dikenal sejak zaman Romawi, artinya kubah tak selalu identik dengan kultur Islam," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com