Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aura Sihir Aurora Borealis

Kompas.com - 20/10/2011, 11:42 WIB

Jadi sebenarnya walaupun berhasil sampai di Kutub Utara, banyak orang kecewa dan gagal bertatap muka dengan Aurora Borealis. Saya sendiri selalu berharap-harap cemas dan harus menunggu malam terakhir di Lapland untuk akhirnya bisa bernafas lega menemui Aurora Borealis.

Pada malam-malam pertama, akibat cuaca yang kurang baik di siang hari, membuat angkasa malam penuh dengan kabut dan tidak cerah. Aurora kerap mengintip dan mampir sejenak lalu bersembunyi di balik kabut.

Kadang penampakan bisa berlangsung berjam-jam sepanjang malam hingga subuh datang, kadang hanya beberapa menit saja. Sementara itu, kami tidak bisa semalaman membeku berada di bawah terpaan dinginnya angin Kutub Utara menunggu kesempatan untuk bersua dengan Aurora Borealis.

Beberapa teman berteriak-teriak di luar pondok mengumandangkan aura kemenangan dan kesenangan. Mereka sudah berhasil melihat sekilas Aurora Borealis yang langsung menghilang ketika kami keluar pondok dengan hati resah bercampur iri.

Akhirnya kesempatan emas datang pada malam terakhir. Kami sedang bercengkerama di dalam pondok ketika seorang teman dari luar meminta kami untuk mematikan lampu pondok agar dia bisa mengambil foto Aurora Borealis dengan lebih baik.

Spontan kami berhamburan keluar pondok. Lalu lari secepat kilat ke padang salju terdekat di pinggir hutan untuk menyaksikan pemandangan spektakuler dalam hidup kami.

Surga yang Hilang di Ujung Utara

Pecutan sabuk hijau zamrud elektrik menari-nari dengan tempo lamban. Bagai jilatan api berkilometer panjangnya pada kanvas hitam langit. Diiringi simfoni deruan angin Kutub dengan selingan heningnya malam dan teriakan manusia yang tercekat karena decak kagum.

Cukup membuat bulu kuduk merinding dan hati berdegup kencang. Kalau saja impresionis Vincent Van Gogh bersama kami malam itu, mungkin ia mengurungkan niat untuk mengakhiri diri sebelum bisa menangkap momen warna hijau menyalak Aurora yang penuh dinamika, energi dan vitalitas kehidupan, meliuk-liuk resah namun tenang seperti dalam badai menuju infinitas.

Layaknya siluman ular hijau bangun dari tidur, deretan panjang pohon pinus menambah aksen bentuk Aurora Borealis malam itu yang bersembunyi naik turun di balik horizon hutan. Sementara deretan manusia berbaris di pematang padang salju, menonton atraksi alam semesta bermain-main dengan warna.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com