Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Sejarah di Pasar Rakyat

Kompas.com - 23/10/2011, 06:23 WIB

Seperti juga Pasar Gede, Pasar Beringharjo di Yogyakarta memiliki riwayat ”menyatu” dengan sejarah Keraton Yogyakarta. Lahan di mana Pasar Beringharjo kini berada sudah dijadikan pasar oleh Sultan Hamengku Buwono I pada 1758. Pembangunan fisik pasar itu dilakukan Pemerintah Hindia Belanda pada 1925, sedangkan penyebutan Beringharjo diberikan Sultan Hamengku Buwono IX.

Pasar Beringharjo telah berulang kali dipugar dan diperluas. Sisa bangunan lamanya dapat ditemukan di bagian depan lantai satu. Namun, jejak ”berumur” itu tak bersisa di lantai dua dan tiga. Untuk naik ke lantai atas pasar ini, disediakan eskalator.

”Bangunannya sekarang sudah tidak lagi seperti pasar tradisional, tetapi cara berjualannya tidak modern benar karena pembeli tetap harus pintar menawar,” ujar Guru Besar Sosiologi UGM Tadjudin Noer Effendi.

Menurut Tadjudin, saat ini rasa memiliki masyarakat Yogyakarta terhadap pasar yang bernilai sejarah tinggi itu sudah merosot. ”Beringharjo seperti lebih untuk konsumsi turis yang ingin membeli batik atau cendera mata, bukan buat masyarakat Yogya sendiri,” ujarnya.

Tadjudin berpendapat, hal itu terjadi, selain karena fisik pasarnya ”bersalin rupa”, juga karena sebagian produk yang dijual tak lagi produksi Yogyakarta. Intinya, Beringharjo sedang beringsut memasuki era perubahan, tetapi gamang merumuskan dirinya sebagai pasar yang punya sejarah panjang.

Pasar Ikan

Jika Pasar Gede, Solo, terus menggeliat dan memperbarui ”sistem” kekerabatannya, Pasar Ikan Penjaringan, Jakarta Utara, nyaris tinggal puing. Pasar Ikan sekarang tinggal nama jalan, di mana ada bekas pelelangan ikan, gudang VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), dan menara Syahbandar berlokasi.

Di Pasar Ikan, dahulu, tutur Rukiah (66), bekas pedagang ikan di era kejayaan Pasar Ikan, hampir sepanjang hari ramai. Rukiah menunjuk sebuah aula tempat ia pernah berjualan ikan sejak tahun 1965. ”Selain pedagang kecil, juga banyak bos yang suka ikut lelang ikan. Pokoknya ramai, apalagi hari Minggu,” katanya. Selain dari Jakarta, pembeli ikan bahkan berasal dari Bandung, Bogor, dan Bekasi.

Memasuki tahun 2000-an, kondisi berubah total. Nelayan memilih menjual ikan tangkapan mereka ke Muara Angke dan Muara Baru. Pada tahun 2005, bahkan aktivitas pasar ikan nyaris berhenti total. Bangunan seluas 1.000 meter persegi kini sunyi senyap ibarat puing-puing sejarah yang ditinggalkan.

Di sekitar Jalan Pasar Ikan kini tak ubahnya seperti pasar lain di wilayah-wilayah urban. Dipenuhi pedagang pangan dan sandang kebutuhan hidup sehari-hari. Tak ada yang istimewa kecuali bangunan-bangunan tinggalan zaman kolonial yang menjadi tanda peradaban aktivitas pelabuhan besar masa lalu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Travel Update
Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com