"Hallo sir, are you Malaysian?" "No, I'm Indonesian," ujar saya menyambut sapaan hangat seorang pemuda perlente, saat saya dan tiga teman wartawan online baru tiba di Lareskark Hotel, tempat kami menginap di kawasan Topcu Caddesi, Taksim, Istanbul, Turki, Jumat (28/10/2011) malam pekan lalu.
"Holiday or bussiness?" tanya pemuda itu lagi. "We're journalist," jawab saya.
Sebuah sapaan yang begitu bersahabat buat kami yang baru pertama kali menginjakkan kaki di negara Republik yang merayakan hari kemerdekaannya ke-88 tahun pada Sabtu (29/10/2011) lalu. Kehadiran kami di sana, memang bukan untuk berlibur, tapi meliput kesepakatan kerja sama kemitraan roaming internasional antara PT Telkomsel dengan operator On-Waves, yang mengkhususkan wilayah pelayanannya khusus di kawasan maritim.
"Oh, I see. Istanbul, is nice city, right?" ujarnya melanjutkan pembicaraan.
Setelah kami berbincang ke sana ke mari untuk sekadar basa-basi, ia kemudian mendekati saya lebih dekat dan berbisik, "Man, We have nice lady. Came on, let's to my cafe. You can drink, or you know, right," bujuknya sambil mengangkat alisnya seperti memberikan sebuah isyarat.
Hmm. Dari bahasa tubuh dan ucapan pria berparas bersih dan tampan layaknya bintang sinetron di Indonesia itu, saya pun langsung teringat ucapan seorang teman di Jakarta. Enam kali dia melancong ke Turki dan mengingatkan saya agar berhati-hati dengan pria semacam ini.
Secara halus, kami pun langsung menolaknya. Jika tidak, boleh jadi saya dan ketiga rekan hanya akan jadi korbannya.
Menurut, Eli Aliah, teman saya itu, waspadalah bila bertemu orang yang bersikap ramah kemudian mengajak Anda untuk sekadar minum teh atau kopi. Bila tidak, Anda tentu akan kena perangkapnya. "Hati-hati saja dengan mereka, biasanya mereka mau ngerjain turis," ujar teman saya itu.
Tak cuma satu orang tipe pria tadi yang saya jumpai. Tiga orang bahkan lebih. Polanya sama dengan pertanyaan yang sama pula. "Malaysian, right? Holiday or bisnis?"
Tak hanya di kawasan tempat kami menginap, pria-pria itu bergentayangan. Di sepanjang jalan di Istiklal, kawasan bisnis yang berdenyut sepanjang hari di Istanbul, kami beberapa kali menemukannya. Dan lucunya, obrolan pembuka basa-basinya selalu sama.