Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Tarian Dayak Deyah dari Kepunahan

Kompas.com - 03/01/2012, 02:34 WIB

”Jadi penggunaan gintur tidak bisa digantikan,” ujar Roesina menegaskan.

Kaya bersuluh emas

Hampir selama 20 tahun terakhir ini, tari-tarian Dayak Deyah diajarkan Roesina kepada generasi muda setempat. Dia mengajarkan tari-tarian tradisi itu melalui sanggar Tatau Silu Bulau di Desa Pengelak, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Sanggar Tatau Silu Bulau berdiri pada tahun 1992. Kata ”tatau silu bulau” mengandung arti ”kaya bersuluh emas”. Tatau berarti kaya, silu artinya suluh, dan bulau sama dengan emas.

Lewat nama tersebut, Roesina berharap sanggar Tatau Silu Bulau bisa seperti emas yang tidak akan luntur selamanya. ”Semoga demikian pula dengan kesenian Dayak, tidak akan luntur selamanya” ujarnya.

Maksud dia seperti emas yang tidak akan luntur, begitulah kesenian Dayak di mata Roesina. Meski seni budaya dari luar budaya Dayak masuk ke wilayah tersebut, masyarakat tetap menjaga dan memelihara tradisi itu. ”Kesenian peninggalan leluhur kami bisa tetap bertahan, tidak lalu menjadi tergeser.”

Roesina lalu bercerita tentang awal didirikannya sanggar Tatau Silu Bulau. ”Modal utamanya adalah semangat melestarikan tari-tarian Dayak Deyah,” ujarnya.

Untuk melengkapi peralatan menari, ia upayakan secara swadaya. Sebuah babun, semacam gendang, ia beli seharga Rp 750.000. Ia kembali merogoh kocek untuk melengkapinya dengan tiga babun kecil seharga Rp 750.000.

Sedangkan untuk kelengkapan instrumen lainnya, seperti kenong, Roesina mencari pinjaman. ”Tahun 1992-1994 kami meminjamnya sebelum ada bantuan dari pemerintah kabupaten. Begitu pula untuk kostum penari, tahun 2006 kami berinisiatif mengirim proposal ke perusahaan tambang untuk mendapatkan bantuan,” ujarnya.

Tentang inovasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com