Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpedas-pedas di Cibiuk

Kompas.com - 17/01/2012, 14:51 WIB

Petualangan mencicipi sambal di tempat yang menjadi pusat dan dapur rumah makan Cibiuk di beberapa kota ini tak terbatas pada sambal asli Cibiuk. Rumah makan yang awalnya berdiri di wilayah Cibiuk ini juga memberi kepuasan lain kepada penggemar sambal.

Tak jauh dari pintu masuk, kita bisa menemukan saung kecil yang di atas mejanya tersaji berbagai jenis sambal, mulai dari sambal mentah, sambal goreng, sambal mangga, sambal kecap, hingga sambal dabu-dabu. Kesemuanya ini disajikan gratis bagi konsumen, lengkap dengan beberapa jenis lalap.

Beragam variasi sambal ini begitu nikmat disantap dengan masakan khas rumah makan tersebut. Sebut saja berbagai jenis pepes, tumis gencer oncom, gurami bakar cobek, dan menu yang paling terkenal, yaitu ayam bambu.

Selain dibakar dalam bambu, menu ayam bambu ini juga mempunyai keunikan karena diracik bersama bahan yang jarang dipakai untuk memasak, seperti daun pohpohan dan daun belimbing.

”Kami memang memakai bahan yang agak jarang ditemukan, seperti daun pohpohan, daun mamangkokan, dan kiciwis,” kata Sambas, menyebut beberapa jenis daun dan sayuran yang dulunya sering dikonsumsi sebagai lalap atau untuk ditumis.

Pemandangan alam

Kenikmatan menyantap menu di RM Cibiuk semakin lengkap dengan suasana yang disajikan. Rumah makan milik Iyus Ruslan, yang cikal bakalnya berupa warung kecil sewaan ini, memanjakan pembelinya dengan menyediakan tempat bernuansa alam.

Selain deretan kursi dan meja makan di dalam ruangan, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas Cibiuk sambil lesehan, bersantai di saung yang berderet di bagian belakang bangunan rumah makan dan toko oleh-oleh.

Di tempat ini, konsumen diajak menikmati alam dengan adanya sawah dan kolam ikan yang dibuat di depan saung. Seolah tak cukup dengan sawah dan kolam ikan buatan, nuansa alam asli tersaji dengan pemandangan Gunung Guntur yang menjadi halaman belakang rumah makan. Gunung ini adalah salah satu gunung besar yang melingkupi Garut, selain Papandayan dan Cikuray.

”Makan di sini lumayan komplet. Selain bisa menikmati makanannya, kita juga bisa menikmati pemandangan alam,” ujar Dinar, warga Jakarta yang menjelang akhir Desember lalu berlibur ke Garut bersama keluarganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com