Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Pusaka Nias Tak Pernah Sepi...

Kompas.com - 24/01/2012, 11:47 WIB

Fasilitas lain yang terdapat di museum yang terletak di Jalan Yos Sudarso No. 134A Gunungsitoli tersebut, yakni obyek wisata tepi pantai, koleksi binatang langka, koleksi tanaman khas Nias, balai pertemuan dan beberapa rumah adat.

“Sejak awal mula tidak ada rencana begitu, tetapi itu berkembang satu demi satu dengan tujuan supaya orang kerasan berada di sini, terutama untuk masyarakat Nias sendiri,” tutur Pastor Yohannes Hämmerle, Direktur Utama Museum Pusaka Nias. Pria asal Jerman yang sudah 40 tahun berada di Nias itu merupakan inisiator pendiri Museum yang diresmikan Bupati Nias tahun 2008.

Pada obyek wisata tepi pantai, tersedia beberapa fasilitas pendukung seperti pondok, kantin dan kamar mandi. Pengunjung dapat berenang di tepi pantai tersebut, tetapi disarankan untuk berhati-hati dan tidak terlalu jauh dari tepi pantai. Hal ini karena di tepi pantai ini banyak terdapat batu karang dan arus lautnya cukup deras.

Bagi pengunjung yang tidak suka berenang mungkin bisa memilih mengitari bagian dalam museum, seusai puas melihat isi ruang pameran. Ratusan ekor binatang yang keberadaannya mulai berkurang akibat diburu itu dipelihara dalam kandang-kandang terpisah, misalnya nago (kijang), laosi (kancil), dan magiaodanõ (sejenis beo). Ada juga binatang lainnya, seperti buaya, kera, musang, kura-kura, landak, burung bangau dan beberapa jenis burung lainnya. Binatang tersebut sebagian besar merupakan sumbangan masyarakat Nias.

Begitu pula dengan tanaman khas Nias yang sangat sulit untuk dijumpai juga ditanam di museum ini. Antara lain sinasa (sejenis pandan) yang sebagai bahan dasar pembuatan tikar dan pohon fõsi.

“Dalam kepercayaan kuno masyarakat Nias, fõsi adalah pohon yang dapat memberikan suatu tanda, misalnya dahannya patah itu artinya ada bangsawan yang meninggal,” tutur Wakil Direktur Museum Pusaka Nias, Nata’alui Duha, tentang pohon keramat ini.

Bagi masyarakat yang ingin mencoba bagaimana rasanya tinggal di rumah adat suku Nias, Museum Pusaka Nias memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk menginap di beberapa rumah adat yang dibangun di tempat tersebut dengan syarat membayar uang pemeliharaan rumah adat senilai Rp 150.000 per malam.

“Kami tidak sebut rumah adat itu sebagai penginapan karena tujuan utamanya agar wisatawan lokal maupun internasional dapat melihat model rumah adat Nias bila tidak sempat berkunjung ke desa asal rumah adat tersebut,” lanjut Nata’alui Duha. Perlu dicatat, tarif yang dikenakan pada rumah adat berkapasitas maksimal 10 orang itu tidak termasuk akomodasi lainnya.

Di museum ini juga tersedia 2 balai pertemuan yang dapat disewa olah masyarakat umum dengan tarif minimal Rp 200.000.  Ada Omo Bale (balai pertemuan) khas Bawõmataluo (Nias Selatan) yang terbuat dari kayu dengan kapasitas 60 orang dan Bintang Timur dengan kapasitas mencapai 100 orang, terbuat dari batu dengan atap melengkung. Ruang Bintang Timur ini dirancang tepat menghadap matahari sehingga pengunjung dapat melihat suasana saat matahari terbit dan terbenam.

Barometer Pelestari Budaya Nias

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com