Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Kawah Barujari

Kompas.com - 03/02/2012, 09:55 WIB

Impian pendaki

Upaya untuk mencapai Barujari telah menjadi impian para penjelajah sejak dulu. Geolog Belanda, Van Bemmelen, menjadi orang pertama yang mencapai Barujari. Pada 1917, dia menyeberangi Segara Anak menggunakan rakit. ”Mendaki ke puncak Barujari jauh lebih berat dibandingkan dengan mendaki puncak Rinjani,” tulis Bemmelen yang mencapai tepi kawah sisi selatan.

Vulkanolog dari Direktorat Geologi (Bandung), Kama Kusumadinata, gagal mendaki Barujari pada 1969. Warga lokal yang mengantarnya gagal membuat rakit, sementara dia tak berani merayapi tebing.

Tahun 1992, Heryadi Rachmat, peneliti pada Museum Geologi, mengarungi Segara Anak dengan dua ban dalam truk yang diikat tali. ”Ban di depan diduduki dua orang yang menjadi pendayung,” katanya.

Ban di belakang diberi jaring dari tali untuk membawa barang-barang dan dinaiki dua orang. Penyeberangan nekat itu tidak dilengkapi pelampung, dayung pun dibuat dari kayu cemara di tepi danau.

”Saya tidak memberi tahu dua porter yang ikut menyeberang bahwa danau itu kedalamanya 230 meter,” ujar Heryadi. Dia baru memberi tahu kedalaman danau itu setelah kembali pada sore harinya. ”Keduanya marah-marah karena merasa ditipu,” katanya.

Gunung aktif

Setelah gagal mendaki pada hari pertama, kami kembali menyeberangi danau esok paginya. Belajar dari pengalaman sehari sebelumnya, saat sore hari Danau Segara Anak berombak dan susah diarungi.

Pagi itu kami menyusuri dinding kaldera sebelah utara menuju jazirah yang menghubungkan Barujari dengan kawah Rinjani tua. Satu jam mendayung, perahu merapat di endapan pasir dan batu di jazirah itu. Dari rekahan batuan di kaki Barujari itu, air panas mengucur deras lalu masuk ke Danau Segara Anak.

Pendakian dimulai dari sana. Batuan lepas dan kerikil membuat pendakian menjadi berat. Setiap dua langkah, kembali turun satu langkah. Barujari yang kerap meletus membuat tubuhnya labil. Terakhir, gunung ini meletus pada 2009 dan 2010.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com