Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ban Bocor Sampai Empat Kali

Kompas.com - 07/03/2012, 17:10 WIB

Magnet kawasan karst itu masih sama seperti yang saya rasakan ketika datang ke Maros pertengahan tahun 1993. Saat itu saya ke Maros bersama Ekspedisi Celebes Mahitala Unpar untuk menyusuri gua-gua di daerah Cagar Alam Karaenta. Takjub dan kagum saya tak pernah habis membayangkan pegunungan kapur itu dulunya berada di dasar laut dan terangkat oleh pergerakan lempeng bumi.

Soal teman seperjalanan juga bisa jadi cerita tersendiri. Awalnya sulit saya mencari teman jalan. Sekitar setahun lalu impian menyusuri Trans Sulawesi ini saya gulirkan, nyaris tidak ada respon dari teman-teman di lingkungan saya biasa bersepeda. Impian saya sederhana saja. Apa pun kondisi medannya, Trans Sulawesi yang membentang sekitar 2.200 kilometer dari Makassar ke Manado menjanjikan perjalanan bersepeda yang menantang sekaligus mengasyikkan.

Di tengah kesibukan kerja dan mengurusi keluarga, saya yakinkan perjalanan ini bisa dilaksanakan asalkan ada kemauan. Saya lalu putuskan untuk maju terus, bersama teman atau sendirian. Toh kenyataannya dalam perjalanan seperti ini kita tidak benar-benar sendirian. Jalur panjang melintasi kota, desa, dusun, bertemu dengan banyak orang. Disamping itu bioritmik setiap orang berbeda-beda. Dengan berjalan sendiri, maka kita punya keleluasaan untuk menentukan berbagai hal dalam perjalanan.

Namun dari segi keamanan, bersepeda jarak jauh sendirian tentu lebih rawan. Kalau bersama teman relatif lebih aman karena jika terjadi sesuatu setidaknya bisa saling menolong. Bagi saya, siapa pun yang saya temui di perjalanan itulah teman. Maka, ada-tidaknya teman yang ikut bersepeda jarak jauh tidak lagi jadi masalah besar.

Dalam hal ini saya berterima kasih kepada keluarga besar Mahitala Unpar yang banyak membantu mempersiapkan perjalanan ini. Mereka bahkan ikut urunan mengumpulkan sejumlah dana untuk amunisi saya selama perjalanan. Dukungan besar juga saya dapatkan dari keluarga kecil di rumah.

Sandya Esti merelakan saya pergi dengan penuh pengertian. Mungkin juga ia sudah mengenal karakter suaminya yang ‘sulit dipegang’.  Sedangkan kedua anak saya yang masih kecil, ini yang sulit, saya coba beri pengertian soal pentingnya mempunyai impian dan berusaha keras untuk mewujudkan mimpi itu.

Rasanya ini bagian terberat dalam persiapan karena lagi-lagi saya harus meninggalkan keluarga kecil itu di rumah. Namun begitu ‘izin’ keluar, saya merasakan dorongan luar biasa besar untuk bergerak maju. Mungkin inilah arti yang sering dikatakan orang, dibalik seorang pria sukses selalu ada wanita pendamping yang meneguhkan.

Disambut polisi

Setelah ban kempis empat kali, kami mendapat kejutan lain dari satu regu polisi lalu lintas yang mencegat kami di perbatasan Kabupaten Barru dan Pangkep. Usut punya usut, ternyata mereka diutus Kepala Polres Barru, AKBP Yosef Sriyono Joko Handono. Yosef yang antusias dengan olahraga bersepeda tergerak menyambut kami sekali pun ia tak bisa hadir karena tengah menghadiri serah terima jabatan Kapolda Sulsel di Makassar. "Kami sangat menghargai pelintas bersepeda yang jauh-jauh datang kemari untuk mengenal masyarakat dan budayanya. Selamat datang di Barru," tutur Yosef yang sempat menghubungi saya.

Tim kecil yang dipimpin Kanit Lantas Ipda Yoab R lalu mengantar kami ke penginapan di kota Barru yang tengah membangun. Kota ini baru saja membuka pelabuhan laut dalam. "Dengan keberadaan pelabuhan feri penumpang, barang, dan minyak, kami berharap ekonomi warga akan meningkat dan kota jadi lebih hidup," tutur Yoab.

Di Barru, fasilitas umum relatif terbatas. ATM hanya ada milik bank pemerintah. Lampu penerangan jalan pun minim. Selalu ada kejutan dalam perjalanan. Entah apalagi yang akan menanti kami selanjutnya. (Max Agung Pribadi) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com