Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Raya Berdenting di Bell Tower di Perth

Kompas.com - 09/03/2012, 00:40 WIB
Irene Sarwindaningrum

Penulis

PERTH, KOMPAS.com -  Indonesia Raya pun berdenting di puncak menara Bell Tower di pusat kota Perth, Western Australia.

Momen ini membuat rombongan wartawan dari Indonesia yang tengah berada di puncak menara setinggi 82 meter itu terdiam setelah beberapa hari jauh dari kampung halaman.

Selama beberapa menit, sebanyak 26 lonceng kecil berbeda-beda nada berdenting bergantian merangkai nada Indonesia Raya.

Beginilah cara Sylvia, salah satu pemandu di museum lonceng di ibukota Western Australia itu, menyambut tamu-tamunya dari Indonesia pada Desember 2011 lalu. Sylvia menekan program pada carillon yaitu rangkaian lonceng yang saling terhubung satu sama lain dan dapat bermain secara otomatis.

Rombongan wartawan Indonesia datang ke Bell Tower dalam program yang diselenggarakan Tourism Western Australia bekerjasama dengan Singapore Airlines.

Sylivia mengatakan, Indonesia Raya hanyalah salah satu dari 36.000 lagu yang dapat dimainkan secara otomatis oleh carillon di Bell Tower Perth itu. Sebagian besar lagu yang tersimpan dalam programnya adalah lagu-lagu tradisional dan lagu kebangsaan dari berbagai belahan dunia. Untuk memainkan satu lagu, pengunjung diminta memasukkan koin seharga sejumlah dolar Australia. Namun, tamu hari itu mendapat sajian gratis.

Bell Tower sebenarnya merupakan museum lonceng. Arsitekturnya yang menjulang unik membuatnya menjadi salah satu ikon di kota Perth. Lokasinya tepat berada di pusat kota di tepi Swan River dan Barrack Square. Di sana tersimpan 18 lonceng yang beberapa di antaranya sudah sangat tua.

Sejumlah koleksi paling berharga di museum itu di antaranya Swan Bells (lonceng angsa) serta 12 lonceng St Martin-in-the-Field yang merupakan lonceng Kerajaan Inggris dan telah ada sejak sebelum abad ke-14.

Bangunan tinggi ini bisa juga bisa disebut alat musik terbesar sedunia karena setiap tengah hari berdentang selama satu jam memainkan beragam rangkaian nada. Dentangan lonceng-lonceng raksasa itu bisa terdengar ke berbagai arah di kawasan itu menandai waktu istirahat para karyawan kota Perth.

Pada hari kunjungan kami, Bell Tower tak henti berdentang untuk menyambut Symphoni in The City yang berlangsung di lapangan kota pada sore harinya. Begitu kuat dentangan lonceng membuat menara bergoyang seperti tengah dilanda gempa bumi ringan.

Uniknya, lonceng-lonceng berdiameter lebih dari satu meter itu dibunyikan oleh para relawan yang terdiri dari masyarakat umum. Pengelola Bell Tower memberi kesempatan pada warga yang berminat untuk ikut memainkannya.

Lonceng dibunyikan dengan menarik tali tambang yang terjulur satu lantai di bawah lonceng-lonceng itu diletakkan. Tentunya dibutuhkan keahlian untuk membunyikan lonceng-lonceng raksasa tersebut sesuai irama. salah-salah, justru tangan ikut tertarik bersama tali atau tali terlepas dari genggaman sebelum waktunya. Atau, justru merusak irama. "Bagi yang belum bisa tapi ingin bermain, bisa belajar dulu di sini," kata Sylvia.

Hidupnya museum-museum di Perth

Dengan membunyikannya dan melibatkan masyarakat seperti ini, museum lonceng Bell Tower menjadi bagian yang "hidup" bagi masyarakat Perth. Museum lonceng bukan sekadar bangunan tempat lonceng-lonceng tua disimpan, namun juga mengisi kehidupan masyarakat pusat kota Perth dengan irama.

Berbagai kegiatan maupun sajian menarik yang dilakukan di museum-museum di Perth ibarat membawa kehidupan pada benda-benda tua yang tersimpan di dalamnya. Di bagian lain di Kota Perth, terdapat museum emas yang disebut Perth Mint Museum. Di sana, pengunjung dapat menikmati cerita dan sejarah pertambangan emas di Western Australia yang memulai era peradaban baru di kawasan itu.

Disajikan dengan berbagai alat peraga dan dibumbui kisah-kisah menarik, tur itu membawa pengunjung ke abad ke-19 di mana semua itu dimulai. Puluhan pengunjung yang hadir seolah terhanyut dalam kisah-kisah sedih maupun kisah-kisah jenaka yang dibawakan sang pemandu dengan gaya teatrikalnya.

Tur yang berlangsung setiap pukul 10.00-15.00 waktu setempat itu mempunyai atraksi utama melelehkan dua kilogram gumpalan emas menjadi emas batangan di suhu ratusan derajat celcius dengan menggunakan tungku dan alat-alat manual.

Ini berbeda dengan proses peleburan emas sekarang yang telah menggunakan alat-alat otomatis dan canggih. Museum itu juga menggunakan emas asli seberat lebih dari satu kilogram dalam atraksi itu.

Perth Mint Museum menggunakan gedung orisinil pabrik emas pertama di Perth yang mulai beroperasi tahun 1899. Di situ dipamerkan berbagai emas dari bentuk gumpalan, kerajinan ukir, koin, dan batangan dari berbagai negara termasuk dari Indonesia. Pemandu yang jenaka dengan keahlian teatrikal membuat tur di dalam gedung tua namun masih terawat baik itu menjadi demikian menarik.

Museum-museum Kota Perth mungkin belum sepopuler museum seni Louvre di Paris. Kendati demikian, museum-museum itu menjadi begitu menarik dan hidup dengan berbagai sajiannya. Bayangan tentang berbagai museum yang suram dan membosankan di negeri sendiri terhapus dari ingatan. (Irene Sarwindaningrum dari Perth, Australia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com