Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Sekadar Membawa Kembali ke 17 Januari 1995

Kompas.com - 10/03/2012, 09:27 WIB

BEBERAPA uang receh yang terjebak dalam lelehan gelas kaca terpajang rapi di museum bencana Kobe, Jepang. Meski tampak tak berharga, koin-koin itu ternyata menyimpan cerita getir gempa Kobe di musim dingin, 17 Januari 1995.

Keping receh itu kenangan dari seorang bibi yang tewas akibat gempa di Kobe bagi keponakannya yang selamat. Dengan alasan menjaga privasi, museum enggan menyebutkan nama mereka. Yang pasti, keponakan itu hanya mampu menyelamatkan bundanya saat gempa berkekuatan 7,3 moment magnitude di kedalaman 16 kilometer dekat pusat kota terjadi.

Sederet dengan koin, sebuah rangkaian besi penutup saluran yang besinya menggeliat ke sana-kemari akibat panas sangat tinggi memberi gambaran kebakaran hebat yang melanda ribuan rumah di Prefektur Hyogo sesaat setelah gempa terjadi.

Barang-barang itu terpajang di Museum The Great Hanshin- Awaji Earthquake Memorial di Kota Kobe. Museum ini dibangun Pemerintah Jepang dan pemerintah lokal melalui Disaster Reduction and Human Renovation Institution.

Dalam museum yang mulai beroperasi tahun 2002, pengunjung bisa merasakan kekuatan gempa, yang meluluhlantakkan Kota Kobe dan sekitarnya serta menewaskan lebih dari 6.400 jiwa ini, melalui suguhan multimedia.

Museum ini berlokasi di samping Kantor Japan International Cooperation Agency (JICA) Hyogo di Kobe, berseberangan dengan pertokoan. Untuk melihat koleksi museum, pengunjung dewasa harus membayar 600 yen (sekitar Rp 68.133).

Tur museum dimulai di lantai 4. Di situ terdapat lukisan besar kehidupan Kota Kobe yang dilengkapi permainan warna lampu untuk menggambarkan denyut aktivitas warga.

Kemudian kita dipersilakan masuk ruangan teater dengan layar panggung separuh prisma berjumlah beberapa buah. Tayangan berdurasi tujuh menit menampilkan berbagai kejadian di penjuru kota saat gempa menyergap pukul 05.46. Kita bisa melihat laju kereta api menjadi tak terkendali karena rel menari-nari dimainkan gempa. Satu demi satu kolom pilar jalan layang Hanshin Expressway pecah dan melemparkan bus serta kendaraan lain ke bawah. Bagaimana bangunan tumbang dan terjadi kebakaran hebat.

”Kekuatan gempa sangat besar. Sebanyak 240.000 bangunan hancur bersamaan dalam waktu 20 detik,” kata Minoru Hanada, warga Kobe yang bekerja di museum, Jumat (24/2/2012).

Pengunjung lantas dibawa menuju The Great Earthquake Hall melalui lorong sepanjang 10 meter yang diisi diorama kondisi jalan setelah gempa. Di hall, pengunjung kembali menikmati tayangan berdurasi 15 menit yang menggambarkan proses rekonstruksi dan geliat ekonomi-sosial warga Kobe.

Di lantai-lantai bawah dipamerkan barang-barang peninggalan, foto-foto, serta rekaman suara dan memo yang dikumpulkan 450 relawan dan ahli, juga penerapan teknologi pengurangan dampak bencana.

Tiap tahun tempat itu dikunjungi sekitar 500.000 wisatawan dan ahli bencana, baik dari Jepang maupun dari negara lain. (Ichwan Susanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com