Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gorontalo, "The Hidden Paradise..."

Kompas.com - 24/03/2012, 06:24 WIB

Saya sempat bermain-main dengan clawn fish yang berenang di sekitar anemon warna warni. Lebih ke bawah, table coral yang bertingkat-tingkat dengan diameter dua sampai tiga meter mirip cendawan yang sengaja ditanam di dinding. Ia berpadu dengan karang kipas (sea vent) yang besar-besar dan anggun, anemon, dan berbagai jenis karang lainnya.

Rasanya seperti sedang berada di taman dengan latar belakang kebiruan yang aneh. Ikan-ikan seperti puffer fish, butterfly fish, kuda laut, pedang-pedangan, bintang laut, dan ribuan jenis ikan warna-warni bermain di taman itu.

Tanpa terasa, sudah 30 menit kami berada di bawah laut. Oksigen dalam tangki pun sudah menipis. Perlahan kami naik ke permukaan dan berenang ke daratan.

Rasanya seperti terbangun dari mimpi dan kembali ke dunia nyata. Saya jadi paham mengapa kota ini dijuluki the hidden paradise. Tak perlu pergi jauh-jauh dari tepi pantai dan kami bisa menemukan taman laut yang amat indah dan terjaga keasriannya.

"Seumur-umur baru kali ini diving, langsung ketemu pemandangan cantik. Ini nggak akan terlupakan," tutur Ocat.

Penyelaman memberi warna lain dari perjalanan bersepeda jarak jauh yang sudah hampir dua minggu kami jalani. Dalam kegiatan yang didukung PT Mud King Asia Pasifik Raya dan PT Bajau Escorindo itu kami sudah menempuh hampir 1.000 kilometer bersepeda dari Makassar.

Menurut Budi, keindahan dan kelengkapan hewan mikro di perairan Gorontalo dapat disejajarkan dengan yang ada di Lembeh, Bitung. Lokasi itu sangat populer di kalangan fotografer diving sebagai tempat berburu foto makro hewan-hewan unik di dasar laut berpasir (muck dive).

Bertemu sesama

Saat akan meninggalkan kota Gorontalo keesokan harinya, kami berpapasan dengan Merlin Peterson (32) dan Christine (28).  Pasangan pesepeda asal AS itu sudah dua bulan berkeliling Sulawesi dengan sepeda. "Sekarang kami siap-siap kembali ke rumah lewat Makassar," tutur Merlin yang sehari-hari teknisi komputer.

Keduanya mengaku sangat kagum dengan keindahan Sulawesi. Mereka berencana kembali lagi setelah menabung dulu karena ada beberapa lokasi luput didatangi, termasuk sekitaran Danau Poso. Tahun sebelumnya mereka menjelajahi kawasan Nusa Tenggara.

Sepanjang penjelajahan di Sulawesi tidak gangguan berarti yang mereka temui. Tak hanya menyusuri jalan raya, mereka juga menjelajah ke hutan-hutan dengan medan off-road. "Kemana-mana  aman, tidak ada gangguan. Kami malah sering dibantu sama penduduk," tutur Christine yang sudah bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit.

Selain dengan sepeda penuh barang bawaan, kesamaan diantara kami semua selama menjelajah Sulawesi adalah dipanggil 'mister' oleh warga sepanjang jalan. Kami tertawa menyadari itu semua. "Senang sekali akhirnya bertemu sesama pesepeda. Apalagi pesepeda lokal yang jadi barang langka disini," canda Christine.

Saat kami akan berpisah, Merlin berpesan 'Keep the rubber side down'. Maksudnya, tetap berhati-hati di jalan. Ah, senangnya bertemu sesama pengelana bersepeda. (Max Agung Pribadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com