Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Jamuan ala Nobel Banquet

Kompas.com - 29/03/2012, 14:48 WIB

Siasat penyimpanan

Dalam tradisi kuliner Swedia sendiri, makan adalah sungguh persoalan bertahan hidup. Bagaimana tidak, negeri Skandinavia di utara daratan Eropa ini lebih akrab dalam iklim dingin dan kelabu ketimbang hangat dan terang.

Oleh karena itu, menurut Daniel, kuliner Swedia tak lepas dari tradisi bersiasat dalam hal penyimpanan bahan pangan. Saat musim panas ketika bahan pangan segar lebih mudah diperoleh, orang harus sadar diri untuk mempersiapkan musim berikutnya ketika ketersediaan bahan pangan tak lagi berlimpah. Oleh karena itu, aneka strategi dalam mengawetkan bahan pangan kental mewarnai tradisi kuliner Swedia. Mulai dari pengasapan, pengasinan, pengeringan, hingga fermentasi.

Pada era modern, kendala dalam hal ketersediaan bahan pangan segar kala musim dingin relatif lebih teratasi. Ketika musim dingin datang, bahan pangan segar seperti sayur-sayuran dapat diperoleh melalui impor. Walaupun begitu, tradisi kuliner Swedia yang dilatarbelakangi serba keterbatasan itu tetap terpelihara.

Di tengah perbincangan, menu kedua pun tiba. Kali ini berupa ikan turbot (Scophthalmus maximus) dengan jamur chanterelle (Cantharellus cibarius), irisan lobak, wortel, dan beberapa kelopak baby lettuce segar. Daging ikan turbot yang dimasak dengan kematangan tepat ini terasa lentur saat menyapa rongga mulut. Ikan turbot umum hidup di lautan Baltic, dan tergolong dalam daftar ikan termahal di pasaran dunia.

Masakan ikan turbot tadi dinikmati bersama kentang bulat rebus yang juga ditumis sebentar dengan minyak zaitun. Rajangan daun dill yang membaluri kentang merupakan aroma segar tersendiri.

Meskipun masakan Swedia terbilang amat sederhana dalam hal bumbu, peran jamur-jamuran menjadi penyumbang kekayaan cita rasa yang istimewa. Rajangan jamur chanterelle yang royal dalam piring kami malam itu sungguh memberi kenangan rasa tak terlupakan.

Setelah turbot dan jejamuran yang lezat tandas, menyusul hidangan penutup, yakni kue krim cokelat Bavaria. Sentuhan cita rasa gammeldansk membuat kue krim ini sanggup membetot lidah, yang menagih terus disuapi sesendok demi sesendok. Gammeldansk merupakan minuman beralkohol asal Denmark, negeri Skandinavia yang bertetangga dengan Swedia. Manisnya krim dan sentilan pahit dari gammeldansk menjadi pertautan rasa yang memang adiktif. Beberapa irisan jeruk segar sebagai garnish rupanya membantu menandaskan lidah dari sisa krim yang lekat.

Tradisi kuliner Swedia ini juga menambatkan pesan tentang adab bersyukur. Mengingat bahwa ketersediaan bahan pangan tak semudah seperti di negeri tropis, sopan santun bersantap di Swedia mendorong orang untuk menerima dan menyantap segala anugerah yang tersaji di meja makan.

Nikmatilah, smaklig maltid!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com