Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kerajaan Gaib di Bintauna

Kompas.com - 06/04/2012, 14:38 WIB

Itu kisah lisan versi penduduk setempat. Keterangan Mokapog Center yang mengutip sejumlah tetua adat setempat menjelaskan sekelumit tentang bekas kerajaan tua Bintauna. Alkisah, pada masa pemerintahan Pangulu Datu Binangkal yang menggantikan Pangulu Dotinggulo (wafat 1620) sebagai pendiri Negeri Mokapog, hiduplah Solagu. Tokoh yang dikenal luas dan berpengaruh di kalangan penduduk lereng barat Gunung Kabila (Tapa), Molibagu, Doluduo dan Dumoga itu dicintai karena bijaksana, tangkas, sakti, cerdik, dan jujur.

Pangulu Datu Binangkal mengadakan bedol desa meninggalkan Mokapog menuju Kaidipang. Sebagian penduduk yang tetap tinggal di Mokapog kemudian mengangkat Solagu menjadi “Palima” atau pemimpin mereka untuk mencari wilayah baru karena mereka kurang setuju pindah ke Kaidipang atau turun ke Sonuo (Bolangitang lama).

Dipimpin Solagu, penduduk bergerak ke arah timur. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 kilometer, maka para tetua mulai mempertanyakan sejauh mana mereka akan bergerak dan membangun negeri. Seorang tetua lalu berseru dengan nyaring dalam bahasa mereka, “Po’ontonge bintang ona-ona iye, onda poberentia nota, otuntua ponaka no lipu“ (artinya kurang lebih 'Lihat baik-baik bintang di depan ini, dimana dia berhenti, disitu kita bikin negeri').

Dari seruan inilah konon asal mula nama Bintauna. Rombongan segera berhenti berjalan ketika mereka melihat bahwa bintang yang memandu mereka berhenti bergerak. Hutan di lokasi ini lalu dibuka secara gotong royong dan disitulah kemudian mereka membangun negeri.

Mereka mengangkat Solagu menjadi raja dengan gelar Dotu Solagu (Dotu artinya raja dan Solagu artinya besar). Nama ini kemudian lebih dikenal dengan Datunsolang. Keturunan Raja Datunsolang secara turun temurun memerintah di Kerajaan Bintauna sampai dengan rajanya yang terakhir yaitu Paduka Tuan Raja M Toraju Datunsolang yang masa pemerintahannya berakhir pada tahun 1950.

Kedudukan kerajaan Bintauna ini mula-mula di hulu Sungai Huntuk, tepat pada belahan hulu Sungai Bintauna Pante yang lembahnya disebut “Gambut Inlanga” dan Biau serta daerah perbukitan sekitarnya. Di tempat ini Raja Datunsolang membangun Komalig. Desa lama itu yang disebut-sebut menghilang secara gaib sehingga warga menyebut lembah dimana desa itu berada sebagai  'Gambut Inlanga'.

Sebenarnya untuk mendekati jalur komunikasi dan transportasi laut, Komalig dipindahkan ke Bintauna Pante. Terakhir karena sering tergenang banjir, Komalig dipindahkan lagi ke Pimpi. Komalig ini terbakar habis dalam taktik bumi hangus pada masa pergolakan PRRI/Permesta.

Bupati Bolmong Utara sekarang Hamdan Datunsolang merupakan keturunan langsung raja Solagu. Sisa bangunan kerajaan kini ada di sekitar pusat desa Bintauna. Desa kini dihuni berbagai etnis yang didominasi oleh warga asli setempat, Bugis, Makassar, dan Minahasa. Banyak juga pendatang dari berbagai daerah yang membuka aneka usaha.

Selain kisah bintang dan desa yang menghilang secara gaib itu, warga kini masih bisa menikmati wisata di kawasan pantai Bintauna yang berpasir putih. Bila ingin berenang di lingkungan pantai berombak lebih tenang, bergeraklah ke arah Pantai Nyiur Hijau di Desa Babo, sekitar 28 kilometer dari Bintauna atau selepas kota kecil Maelang. Kisah tentang Bintauna itu mengingatkan saya akan masa keemasan raja-raja di Sulawesi.
 
Diantara kisah itu saya paling terkesan dengan kisah tentang Karaeng Pattingalloang yang termasyur di kalangan penjelajah dunia pada pertengahan abad ke-17. Perdana Menteri Kesultanan Gowa itu haus akan ilmu pengetahuan dan semangat penjelajahan yang tinggi. Ia memesan bola dunia raksasa berukuran 1,3 meter dari kartograf tenar masa itu, Joan Bleu. Bola dunia terbesar di Asia Tenggara pada masa itu.

Delapan tahun setelah wafatnya Karaeng, terbit Atlas Maior Joan Blaeu dengan 600 halaman rangkap peta dan 3.000 halaman naskah. Karya itu merupakan pencapaian kartografis-artistik yang tak tertandingi hingga kini.

Pada bagian Peta Dunia, terlihat dua sosok besar, di hemisfer Barat tampaknya nabi kartografi dunia modern Gerardus Mercator dan di langit timur Karaeng Pattingaloang tengah menetapkan jarak Celebes dari Kutub Utara. Dua pemikir yang dengan caranya sendiri menyusun dunia, kini bekerja di langit, di antara dewa-dewa mitologis Yunani Purba, di antara planet-planet Tatasurya. (Nirwan Ahmad Arsuka, Kompas, 1 Januari 2000).

Sulawesi dengan 6.000-an kilometer garis pantai dan alam pegunungan di pedalamannya sungguh kaya akan kisah pasang surut kerajaan yang mendiaminya di masa lalu. Cerita tentang bintang gaib dan Karaeng Pattingaloang itu mengantar tidur malam kami yang nyanyak di Bintauna. (Max Agung Pribadi)   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

Travel Update
8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com