Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Goreng Ulat Bambu dan Sop Opium di Negeri Thingyan

Kompas.com - 08/04/2012, 02:22 WIB

Jalan-jalan utama di Kota Yangon, Myanmar, mulai sunyi ketika waktu menunjukkan pukul 20.00 malam, Senin, 2 April 2012. Namun, di kawasan Dagon Township, bagian tengah kota Yangon, masih menyisakan keramaian, yang salah satunya terpusat di Restoran Kofu.

Restoran yang dimiliki warga Myanmar keturunan China ini ditata asri dengan dominasi dekorasi berbahan bambu, baik sekat ruang makan, tempat duduk, meja, hingga alas tempat lesehan. Dipadu dengan gemericik air dari kolam-kolam ikan kecil, Kofu juga memajang barang-barang antik di bagian lobinya, mulai dari cangklong tradisional buatan Ywalut berbagai bentuk, patung-patung gajah besi berukir, hingga uang-uang logam kuno.

Akan tetapi, kekuatan restoran ini ada pada menunya. Hary Kusuma Aliwarga, warga negara Indonesia yang sudah 15 tahun menetap di Yangon, dengan sigap memesan empat jenis masakan dengan bahasa Burma yang fasih. Kompas yang menunggu tanpa mengerti bahasa yang digunakan merasakan bakal ada kejutan dengan pesanan menu itu.

Begitu pelayan menyajikan satu per satu makanan yang dipesan, benar saja, pesanan Hary memang tidak biasa. Menu pertama masih lumrah, capcay ayam campur jamur. Kedua, cukup normal, sayur daun semangka. Ketiga dan keempat mulai ekstrem, yakni goreng ulat bambu plus lebah, serta sup opium.

”Coba dulu. Itu goreng ulat bambu dan lebah. Rasanya gurih,” ujar Hary mendorong Kompas untuk ikut mencicipi.

Ulat bambu dan lebah tersebut benar-benar utuh dan bentuknya tidak rusak. Ketika dikunyah, rasanya gurih, sedikit asin, dan renyah karena digoreng sempurna hingga bagian dalamnya menjadi garing namun tidak gosong. Dipadu dengan kuah sayur daun semangka dan capcay, goreng ulat bambu dan lebah itu menjadi pelengkap nasi putih yang lezat.

Sudah menjadi kebiasaan di tempat-tempat makan di Yangon, sebelum makanan utama disajikan, pelayan akan menyodorkan sebotol air mineral ukuran satu liter untuk diminum bersama-sama para tamu. Baru setelah itu, buku menu diberikan untuk pesanan makanan atau minuman yang lain.

Setelah seluruh makanan utama habis, tiba giliran sup opium yang sudah menanti dan dihidangkan hangat dalam sebuah mangkuk besar. Sebagai pelengkap, pelayan menyuguhkan gula dan garam dalam mangkuk kecil. Inilah hebatnya sup opium, bisa dinikmati manis atau asin, tergantung selera.

Hary mengingatkan, setelah makan sup ini kemungkinan akan ada reaksi yang beragam pada setiap orang. Namun, baginya, sup opium akan membuat tidur bertambah nyenyak dan memberikan kesegaran pikiran di pagi hari. Itulah makanya, dalam waktu singkat Hary sudah menghabiskan tiga mangkuk kecil sup opium.

”Ini hanya ada di Myanmar. Jangan khawatir, proses pembuatan sup ini beda dan berlawanan dengan mengolah opium menjadi heroin. Heroin dibuat dari opium yang dikeringkan, sedangkan opium yang menjadi sup justru dibuat basah,” tuturnya. Untuk seluruh menu ini, pelayan mematok 35.000 kyat atau sekitar Rp 350.000.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com