Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Sepotong Surga

Kompas.com - 16/04/2012, 13:07 WIB

PEDESAAN Australia Barat menyambut dengan ladang lavender, perkebunan anggur, hingga pantai tempat mampir lumba-lumba liar. Ada yang menyebutnya sepotong surga. Ada pula yang menyebutnya kedamaian yang membius. Lebih dari itu, kekayaan hayati menjadi salah satu aset yang menggerakkan ekonomi masyarakat Australia Barat.

”Kedamaian yang membius,” kata Karma, pemandu wisata di mercusuar Tanjung Naturaliste di ujung Taman Nasional Leeuwin-Naturaliste yang berada di pesisir pantai Australia Barat.

Tak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan ketenangan di sana. Berada di puncak menara setinggi 123 meter di atas permukaan laut itu, hanya ada biru langit dan laut membentang dibalut kesunyian.

Sesekali, angin musim panas menderu kencang. ”Berada di sini terasa begitu lepas dari keramaian dunia. Hanya ada kedamaian yang begitu tenang,” kata Karma kepada rombongan wartawan Indonesia dalam tur yang diselenggarakan Tourism Western Australia dan Singapore Airlines, Desember lalu.

Perempuan setengah baya itu telah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya memandu wisata dan menjaga mercusuar yang telah beroperasi sejak 1903. Karena kekayaan alamnya, kawasan itu dihuni suku Aborigin sejak ribuan tahun lalu. Sisa-sisa peradaban mereka terekam pada lukisan-lukisan tangan di dinding goa kapur yang banyak tersebar di taman nasional tersebut.

Menurut Karma, kekayaan flora dan fauna pesisir Australia Barat juga menarik para peneliti dan penjelajah dari Barat. Tahun 1801, Napoleon Bonaparte mengirim kapal bernama Naturaliste untuk mengumpulkan spesimen flora dan fauna dari sana. Nama itu melekat hingga kini.

Tanjung Naturaliste masih menarik banyak orang hingga sekarang. Daerah ini merupakan salah satu tempat menyaksikan migrasi paus. Pada April-Agustus, keluarga paus bungkuk dan biru melintasi pesisir Australia Barat dalam perjalanan tahunannya.

Wisata migrasi paus dirancang tak mengganggu proses alami migrasi. Para wisatawan hanya ditempatkan sebagai penonton dari kejauhan. Konsep ini jauh berbeda dengan kebun binatang atau taman margasatwa di mana hewan liar dikondisikan sebagai tontonan manusia.

Tak hanya paus, pesisir pantai Geographe Bay, Australia Barat, itu juga menjadi habitat lumba-lumba liar. Lumba-lumba liar tersebut kerap mampir ke kanal-kanal di kota wisata Mandurah yang memang terbuka ke laut lepas. Sepasang lumba-lumba liar terlihat mengiringi kapal wisata yang ditumpangi rombongan wartawan Indonesia.

”Di Mandurah terdata sekitar 74 lumba-lumba liar. Mereka sangat suka mengiringi kapal dan bermain-main dengan arus di sekitarnya,” kata Heidi, salah satu pemandu kapal wisata.

Warga Mandurah telah lama hidup berdampingan dengan lumba-lumba. Bagi mereka, mamalia laut itu adalah lambang kebahagiaan, kebebasan, dan kasih sayang. Kedekatan warga Mandurah dan lumba-lumba ditandai dengan berbagai lambang lumba-lumba menghiasi rumah-rumah di sepanjang kanal.

Lebih jauh menyusuri pesisir Geographe Bay, dermaga Busselton Jetty menjadi magnet turisme. Dermaga sepanjang 1,8 kilometer yang dibangun tahun 1865 ini merupakan dermaga terpanjang di belahan bumi selatan hingga saat ini.

Di ujungnya dibangun menara tembus pandang setinggi 8,5 meter ke dasar laut. Inilah observatorium bawah laut, satu dari tujuh observatorium serupa di dunia. Dari situ, sekitar 300 spesies ikan dan terumbu karang dapat disaksikan di habitat alaminya.

Menjauhi pesisir, pantai-pantai berpasir putih Australia Barat berganti dengan bunga-bunga liar, padang rumput, perkebunan anggur, kebun lavender, kebun ara, dan rawa-rawa. Beberapa kali angsa hitam dan kanguru liar, dua satwa ikon Australia Barat, terlihat menikmati hangatnya musim panas.

Australia Barat disebut-sebut mempunyai spesies bunga asli terbanyak di dunia. Tak kurang dari 12.000 spesies bunga terdapat di kawasan tersebut. Sebanyak 60 persennya tak ada di belahan bumi lain. ”Bunga liar merupakan salah satu ikon Australia Barat,” kata Faridah Ibrahim dari Tourism Western Australia.

Sepanjang Juni-November, kawasan Australia Barat diwarnai mekarnya bunga-bunga liar. Pada bulan Desember, sisa-sisa musim bunga liar masih terlihat memeriahkan jalanan Australia Barat. Koleksi bunga liar dan semak-semak unik dari seluruh Australia Barat pun dapat dilihat sepanjang tahun di Botanical Garden di Kings Park, Perth.

Komitmen warga

Kelestarian ekologi di Australia Barat tak semata-mata berkah yang jatuh dari langit. Semua ini disertai komitmen dan usaha untuk menjaganya. Komitmen itu salah satunya terukir di tugu di kota Burnbury. Bunyinya lebih kurang: warga Burnbury berkomitmen menghargai dan menjaga kelestarian alam.

Kalimat itu tampaknya bukan slogan semata. Larangan membuang sampah sembarangan didukung warga. Tak ada selembar sampah pun terlihat di pantai-pantai di Australia Barat.

Sebagai bagian dari pelestarian, petugas kapal wisata di Mandurah selalu melarang turis memberi makan lumba-lumba liar. Di sini memberi makan lumba-lumba liar merupakan perbuatan melanggar hukum. ”Kami ingin menjaga mereka tetap liar. Kalau mereka terbiasa diberi makan, lumba-lumba ini akan menjadi pengais remah-remah makanan. Itu tak bagus,” kata Heidi.

Pembangunan wilayah tampaknya juga diselaraskan dengan kelestarian alam ini. Tak terlihat ada pabrik atau industri yang mengancam kelestarian lingkungan di kawasan wisata itu. ”Kami punya pertambangan dan industri, juga pelayaran, tetapi tak dibangun di sekitar sini,” kata Trevor Hick, salah satu pemandu wisata yang berkantor pusat di Perth.

Berdasarkan data Departemen Sumber Daya, Energi, dan Turisme Australia yang dirilis dalam situs www.ret.gov.au, jumlah kunjungan wisata ke Australia Barat sepanjang 2011 sebanyak 2,233 juta orang. Berdasarkan data Tourism Western Australia, ada 30.500 turis dari Indonesia sepanjang September 2010-September 2011.

Sektor wisata menyerap 47.000 pekerja pada 2009 dan menumbuhkan 26.005 usaha skala kecil hingga menengah. Banyak usaha itu berkaitan dengan alam. Salah satunya adalah Bev Ainsworth di Tanjung Lavender, Margaret River, yang mengelola pengolahan bunga lavender. Produk-produk kosmetik dan teh lavender buatannya telah menembus Singapura.

Bagi Bev, usahanya itu bukan hanya pencarian materi, melainkan juga pencarian ketenangan jiwa. Kebun-kebun lavender di antara rawa-rawa alami miliknya ibarat sepotong surga baginya.

Indonesia pun demikian kaya dengan kekayaan hayati. Pertanyaannya; bisakah kita menjaga sepotong surga? (IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com