Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terhanyut Berbelanja di Pasar Ubud

Kompas.com - 12/06/2012, 07:42 WIB

Keith, wisatawan asal Australia, mengaku datang ke Pasar Ubud untuk membeli suvenir khas Bali yang berkualitas baik, tetapi harganya tidak terlalu mahal. ”Di (Pasar Ubud) sini, saya masih bisa menawar harganya agar lebih murah,” ujar lelaki itu ketika ditemui di tengah di Pasar Ubud pada pertengahan Mei silam.

Menawar memang memberikan kepuasan tersendiri, terutama bagi kita yang sudah dibiasakan membeli barang dengan harga seperti yang tertera di label harga. Menawar memberikan sensasi unik, terutama ketika kita ternyata dapat membeli barang dengan harga di bawah harga yang diajukan pedagang. Kepuasan itu kerap membuat kita lupa diri, terhanyut untuk terus berbelanja.

Sehelai kemeja putih untuk laki-laki, misalnya, mula-mula kemeja itu ditawarkan dengan harga pembukaan Rp 70.000. Si pedagang segera menyambung dengan membuka peluang penawaran dengan menyatakan harga dapat dikurangi. Setelah beberapa menit tawar-menawar, sehelai kemeja putih itu ditebus seharga Rp 50.000.

Begitu pula ketika membeli kaus oblong untuk perempuan dengan motif kupu-kupu. Kaus itu mula-mula ditawarkan seharga Rp 35.000, tetapi akhirnya dapat dibeli dengan harga yang lebih rasional dan ramah di dompet, yakni Rp 25.000.

Barang suvenir lainnya, sekotak lilin wangi, akhirnya dapat dibeli dengan harga Rp 15.000 per kotak. Padahal, sekotak lilin aromatherapy itu awalnya dihargai Rp 25.000. ”Ini untuk pelaris saya,” kata si pedagang sambil mengibaskan uang hasil penjualan di atas barang dagangannya.

Pedagang tas dan keramik di Pasar Ubud, Ngakan Ketut Bawa, mengatakan, pedagang harus mendapat untung agar dapat bertahan dan melanjutkan usahanya. Namun, keuntungannya itu, menurut dia, harus diperoleh dengan cara yang baik dan tidak membohongi calon pembeli.

”Turis sekarang sudah pintar, banyak dari mereka yang sudah tahu mana barang yang bagus dan berapa harganya di pasar,” kata Ngakan. (Cokorda Yudistira)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com