Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Menyelam di Pulau Pasumpahan

Kompas.com - 10/08/2012, 13:10 WIB

Bisa bermalam

Bermalam di Pulau Pasumbahan juga bukanlah persoalan. Malah, saat Kompas berkunjung ke lokasi ini, lebih terasa menyenangkan karena bertepatan dengan momentum supermoon, yaitu ketika bulan berada pada titik terdekat dengan bumi (perigee). Saat itu bulan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan saat ada di titik terjauh (apogee). Malam itu daratan dan permukaan laut tampak benderang disinari rembulan.

Menggelar tenda atau menginap di pondok kayu yang hangat, keduanya adalah pilihan yang baik. Jika membawa kantong tidur, berbaring hingga mata terpejam di dermaga atau di atas pasir pantai juga bukan pilihan buruk. Namun, godaan terbesar di Pulau Pasumpahan tetap adalah menyelam. Apalagi, karakteristik arusnya yang relatif tenang.

Tingkat kedalaman yang bisa dicoba juga beragam. Penyelam Yayasan Minang Bahari, Armed, mengatakan, selain relatif dekat dari Kota Padang, arus yang tenang menjadi keunggulan utama untuk praktik penyelam pemula di lokasi itu.

Namun, penyelam tetap mesti bersiap dengan kemungkinan dekompresi (decompression sickness). Apalagi bila penyelam diserang panik yang bertentangan dengan syarat utama sebelum turun ke bawah permukaan laut, yaitu ketenangan.

Dekompresi disebabkan kadar nitrogen terlarut saat menyelam membentuk gelembung dan menyumbat sistem saraf serta darah. Ini terkait dengan perbedaan tekanan saat di atas permukaan air dan di bawah permukaan air.

Pada kondisi di atas permukaan air, tekanan yang diterima tubuh sebesar 1 atmosfer. Setiap kelipatan 10 meter di bawah permukaan air terdapat penambahan tekanan sebesar 1 atmosfer.

Ketika seorang penyelam terlalu cepat naik dari kedalaman tertentu, gelembung nitrogen itu belum sempat dinetralisir tubuh. Pada saat inilah dekompresi bisa terjadi. Gejalanya serupa dengan serangan stroke dan pada tingkat yang parah bisa berakhir dengan kelumpuhan bahkan kematian.

Untuk menuju permukaan semestinya dilakukan perlahan. Berhenti pada kedalaman tertentu sebelum benar-benar muncul di atas permukaan juga penting diperhatikan. Ini diperlukan guna memberi kesempatan bagi tubuh menetralkan kadar nitrogen dalam darah.

Terumbu karang rusak

Di Pulau Pasumpahan, penyelam juga mesti bersiap dengan pemandangan hamparan terumbu karang yang rusak dan tertutup lapisan sedimen. Endapan sampah rumah tangga juga relatif banyak terlihat pada kedalaman 18 meter.

Pulau Pasumpahan dikuasai oleh hak ulayat warga di Sungai Pisang. Tetua Adat Sungai Pisang Sasti Karman Datuk Rajo Gamu diserahi tanggung jawab mengelola pulau tersebut.

Ia mengatakan, satu tahun terakhir pulau itu cenderung sepi dari kunjungan wisata. Sebab, pulau yang disewa selama 30 tahun sejak 2004 itu seperti ditinggalkan begitu saja.

”Penyewanya meninggal sehingga agak terbengkalai. Oleh ahli warisnya, pulau ini dikuasakan kepada saya untuk pengelolaannya. Namun, sampai hari ini saya belum menemukan investor yang tertarik,” katanya.

Padahal, pulau itu sebelumnya ramai dikunjungi wisatawan asing. Mereka biasanya menambatkan kapal di pulau itu, selain menuju Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com