Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batur, Taman Bumi di Jantung Pulau Bali

Kompas.com - 23/08/2012, 08:39 WIB

”Jauh sebelum Van Bemmelen mengungkap kekagumannya, Kintamani telah jadi tujuan wisata, antara lain terbukti dari peninggalan bangunan berupa pesanggrahan di Kintamani yang diperkirakan dibangun tahun 1929,” kata Desak. Kintamani kemudian berkembang jadi obyek wisata sejak tahun 1970-an.

Di seberang Danau Batur, terdapat Desa Terunyan, yang terpencil di pesisir timur dan biasanya dijangkau dengan perahu. Masyarakat Terunyan disebut Bali Aga (penduduk asli) yang khas. Berbeda dengan masyarakat Bali umumnya yang membakar mayat (kremasi) dalam upacara ngaben, masyarakat Terunyan meletakkan mayat di atas tanah dan dipagari ”ancak saji” dari anyaman bambu.

Ada pula pohon terunyan (konon dari kata taru menyan atau pohon wangi) yang dipercaya menjadi kunci mengapa jenazah tidak beraroma busuk meski hanya diletakkan di atas tanah. Menurut Desak, pohon jenis ini hanya ditemukan di Terunyan.

Igan S Sutawidjaja, peneliti Badan Geologi Kementerian ESDM, menambahkan, kawasan Batur juga memiliki keanekaragaman hayati yang unik. Salah satunya adalah anjing kintamani yang memiliki bentuk kepala seperti serigala dan badan mirip anjing cau-cau dari China. Kintamani juga ditumbuhi edelweis, pohon kasian bukit, jeruk, dan tanaman hortikultura khas pegunungan seperti kol, cabai, dan tomat.

”Segenap kekayaan yang dimiliki Batur sangat khas dan potensial untuk ditetapkan sebagai taman bumi. Penetapan itu akan mendongkrak turisme yang akhirnya menyejahterakan warganya,” tambah Igan.

Kini kawasan Batur tengah menunggu hasil penjurian UNESCO yang sidang penetapannya dijadwalkan digelar di Portugal pada September 2012. Namun, keelokan alam, jejak arkeologi dan geologi, serta kekhasan budaya masyarakatnya sudah layak untuk dikunjungi dan disebut taman bumi. (Mukhamad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com