Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Museum Dibangun Swadaya...

Kompas.com - 17/11/2012, 03:04 WIB

Sebenarnya tak ada yang istimewa dari rumah kontrakan dengan tiga kamar di Dusun Biting II, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu.

Lokasinya pun di belakang rumah lain. Untuk menuju rumah yang dikontrak selama dua tahun dengan harga Rp 3 juta itu, siapa pun harus melewati satu gang kecil lebih dulu. Namun, rumah tersebut bukan sembarang rumah.

Rumah sederhana itu merupakan tempat berkumpul sekaligus kantor bagi pemuda-pemudi yang tergabung dalam sejumlah organisasi pencinta sejarah Lumajang. Inilah Museum Sejarah Lumajang pertama di Kabupaten Lumajang, yang dibangun secara swadaya oleh kelompok-kelompok pemuda tersebut.

Disebut swadaya karena museum itu dirintis dan dibangun bersama-sama, dengan dana saweran kelompok pemuda tersebut. Mereka menamakan diri, Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur, Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang, Masyarakat Wisata Kotaraja Lamajang, dan Organisasi Peduli Lingkungan Masyarakat Biting. Ada juga elemen lain yang ikut mendukung.

Punya satu etalase

Sejak berdiri Mei 2011, Museum Sejarah Lumajang itu diisi sejumlah koleksi sejarah yang dikumpulkan anak-anak muda tersebut. Selanjutnya, barang-barang itu disimpan dalam satu-satunya etalase kaca yang dimiliki museum tersebut.

Pengunjung bisa melihat foto, kisah, dan silsilah Lumajang yang ditempel di dinding dalam ruangan yang sekaligus juga berfungsi sebagai ruang tamu museum dan kantor.

Koleksi di museum itu tercatat berjumlah 30-an keping. Ada keramik dari berbagai zaman yang ditemukan di Dusun Biting dan daerah Lumajang lainnya, potongan relung rumah, blonceng atau lampu tempel kuno, batu pelontar, bata kuno, serta sejumlah foto dan tulisan kisah Lumajang.

Koleksi terakhir adalah batu lumpang. Batu ini diambil dari pinggir jalanan Biting. Batu lumpang itu disebut-sebut berasal dari zaman Megalitikum. ”Semua temuan merupakan peninggalan dari abad ke-12 hingga ke-17 Masehi,” kata Aries Purwantini, litbang MPPM Timur, akhir Oktober lalu.

Membanggakan

Karena yang pertama, tak berlebihan jika Koordinator MPPM Timur Mansur Hidayat menyebut museum itu sebagai museum termegah di Lumajang. ”Soalnya, tak ada lagi museum lainnya,” ujar Mansur, yang juga koordinator museum tersebut.

Bagi Mansur, meskipun sederhana dan kecil, museum itu sangat membanggakan warga Lumajang. Dalam kompetisi antarmuseum se-Jawa Timur, belum lama ini, museum itu masuk peringkat ketujuh dari 48 peserta lomba museum.

Pengunjung museum tercatat juga cukup cukup banyak. Setiap minggu, setidaknya ada 3-4 lembaga pendidikan yang berkunjung. Total, seminggu ada 300-an siswa yang berkunjung.

”Kami ingin ada pengakuan dari pemerintah bahwa wilayah Biting adalah daerah bersejarah dan harus dilestarikan. Kami juga ingin Lumajang memiliki kebanggaan tersendiri. Dengan museum ini, kami bisa bercerita kepada orang, Lumajang juga memiliki sejarah masa lalu yang luar biasa,” ujar Tumpuk Haryono, warga Dusun Biting.

Semangat yang dimiliki pemuda dan warga Desa Biting boleh diacungi jempol. Namun, mereka masih harus berpikir lagi bagaimana mencari dana untuk melanjutkan kontrakan museum yang akan habis Mei 2013. Mereka memang bertekad meneruskan keberadaan museum tersebut demi kebanggaan dan pengetahuan warga Lumajang.

Namun, sungguh elok jika Pemerintah Kabupaten Lumajang tak tinggal diam saja. Mereka tentu harus turun tangan, dan bukankah warga sudah memulainya?

Kepala Bagian Humas Pemkab Lumajang Edi Hozaini mengatakan, sebenarnya, pemkab sudah berpikir membuat museum daerah sejak tahun 2000-an. Tempat sudah disiapkan di sekitar alun-alun untuk dijadikan museum. Namun, belum juga jadi. ”Karena belum sempat terealisasi, sudah ada pergantian pimpinan sehingga sampai kini rencana itu belum juga bisa diwujudkan,” ujar Edi.

Saat ini, pemkab masih fokus mengembangkan pariwisata. Ia berharap, setelah itu, museum baru direalisasi. Tampaknya, warga Lumajang masih harus bersabar. (Dahlia Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com