Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surga Sang Raja Buah

Kompas.com - 16/12/2012, 03:23 WIB

Kini dia mewujudkan tabungannya itu dalam bentuk tiga mobil dan rumah senilai Rp 300 juta. ”Saya juga sedang menabung untuk biaya pendidikan anak saya. Yang satu ingin jadi dokter dan adiknya ingin jadi angkatan udara,” kata petani di Kecamatan Tiga Lingga, Kabupaten Dairi ini.

Hal serupa dirasakan Ismawanto, petani sekaligus pegawai negeri sipil di Kabupaten Langkat. Setiap musim durian, dia mendapatkan penghasilan tambahan Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. Selain dari hasil panen dari 23 pohon duriannya, dia kadang merangkap sebagai tengkulak.

Dibandingkan dengan gaji Ismawanto sebagai PNS Golongan III-C, tentu upah tersebut sangat menggiurkan. Makanya, setiap musim durian, dia cuti kerja dan memaksimalkan perannya sebagai pemilih pohon sekaligus tengkulak durian.

Pemilik Kebun Durian Warso Farm di Kampung Cihideung, Bogor, Soewarso Pawaka, juga berhasil mengelola kebun durian seluas 23 hektar yang dibuka untuk umum. Kebun durian yang berisi aneka ragam durian lokal ini mampu membuka lapangan pekerjaan bagi lebih 50 orang pegawai.

Kurang promosi 

Meski sangat digemari, durian lokal belum bisa merajai pasar negeri sendiri. Peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Panca Jarot Santoso, prihatin karena belum ada perkebunan durian skala industri di Indonesia. ”Kita punya durian seabrek. Masalahnya tidak ada yang menanam secara komersial,” kata Panca.

Bandingkan dengan Thailand. Sekitar 60-70 persen tanaman durian di negeri itu merupakan satu varietas yang sama yakni montong. Menurut Reza, varietas ini sensitif pada musim kemarau pendek sehingga produksinya terkesan berkesinambungan sepanjang tahun, meskipun sebenarnya juga dipengaruhi musim.

Durian-durian dari varietas berkualitas terbaik di Indonesia justru kebanyakan habis terjual ke konsumen langsung sejak di kebun. Tak sampai terdistribusi melalui pasar.

Luasan areal durian di Indonesia juga memprihatinkan dengan hanya sepertiga dari luasan kebun durian di Thailand dan hanya setengahnya Malaysia. Padahal jumlah penduduk Indonesia empat kali lipat dibandingkan Thailand dan delapan kalinya penduduk Malaysia.

Walaupun dibiarkan tumbuh liar di alam, durian lokal ternyata tetap menunjukkan nilai ekonomi yang cukup tinggi setelah pisang, jeruk, manggis, dan mangga. ”Bayangkan jika dipelihara dengan baik, durian kita pasti tidak akan kalah bersaing,” tambah Panca. (MHF/DAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com