Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Wabula, Ujung Tombak Pariwisata Buton

Kompas.com - 20/12/2012, 13:02 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

Tari Perang inilah ibarat puncak acara. Teriakan seru dari penonton membahana. Ketika para tetua mulai menarikan tari yang seakan-akan seperti pergulatan dua lelaki sudah tua. Perisai dan tombak pun keluar, juga keris.

Menurut Ahmad, Desa Wabula masih memegang kuat hukum adat. Termasuk soal pelestarian lingkungan. Ada masa-masa tertentu saat masyarakat tidak boleh menangkap ikan untuk menjaga kelestarian laut.

Sistem pemerintahan secara hukum adat pun keunikan tersendiri. Seperti tata cara pemilihan pemangku adat yang tak hanya berdasarkan keturunan, tetapi juga berdasarkan pilihan masyarakat. Penduduk setempat yang begitu ramah menerima tamu, bisa jadi memang modal untuk menjadikan Desa Wabula sebagai ujung tombak pariwisata Buton.

Tak hanya Desa Wabula, ada banyak desa lainnya yang merupakan desa adat di Buton yang tak kalah menariknya. Bagaimana tidak, ada banyak suku di Buton. Desa-desa adat yang kental dengan tradisi yang kuat pun mudah ditemukan di Buton.

Sayang, akses jalan di Buton memang bisa dibilang tak rapi. Jalanan berlubang dan tak beraspal. Ironis ketika Buton terkenal sebagai penghasil aspal terbesar di Indonesia dan salah satu terbesar di dunia.

Buton memiliki sekitar 800 kilometer jalan dan 60 persen jalanan tersebut rusak. Menurut Umar, rencananya, pemerintah kabupaten akan memperbaiki semua jalan di Buton mulai tahun 2013. Tahap awal di tahun 2013, dana sebesar Rp 500 juta akan dikucurkan untuk infrastruktur jalan.

Jalur laut

Sebelum jalanan yang nyaman benar-benar terwujud, jangan jadikan jalan yang rusak sebagai halangan bertandang ke Desa Wabula. Coba saja jalur laut dari Teluk Pasar Wajo. Dari Pasar Wajo yang merupakan tempat pelelangan ikan, pengunjung bisa menumpang perahu nelayan.

Teluk Pasar Wajo 2

Perahu nelayan di perairan Pasar Wajo. (KOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F.)

Perjalanan laut dari Pasar Wajo ditempuh sekitar satu jam menuju Desa Wabula. Ada keunikan tersendiri di laut yang dilalui. Terumbu karang yang masih terjaga dan ikan-ikan endemik yang eksotis. Tak heran, banyak operator diving di Wakatobi yang merupakan kabupaten pemekaran dari Buton, membawa tamunya di perairan tersebut.

Airnya yang begitu bening, dengan gradasi warna hijau ke biru yang begitu menenangkan. Tepat di perairan Wabula, di waktu-waktu tertentu, air begitu dangkal. Tak perlu heran melihat keramba ikan yang cenderung ke tengah laut.

Sebab, di waktu surut, laut bisa dilalui dengan jalan kaki sejauh satu kilometer dari bibir pantai. Memang, ada kesulitan tersendiri untuk berlabuh di Wabula saat air surut. Seperti saat Bupati Buton Umar Saimun bertandang ke desa, penduduk tak segan ikut membantu perahu yang ia tumpangi untuk bisa berlabuh di desa.

Tari Desa Wabula

Ritual penyambutan tamu di Desa Wabula. (KOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F.)

Sementara di tepian pantai, masyarakat sudah memadati pantai untuk menyambut Umar. Tak sekadar bersorak, sebuah ritual adat berupa penyambutan tamu pun digelar. Keris terhunus dan doa terucap oleh lelaki tua sebagai harapan bahwa tuan rumah akan menjaga keselamatan tamu yang bertandang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com