Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Samsudiredja, Berbisnis dengan Inovasi

Kompas.com - 29/12/2012, 13:44 WIB

”Ide awal Ecodur System untuk tempat penampungan dan pengolahan limbah. Daripada membangun dari beton, kalau gempa dapat rusak parah, dan untuk membangun kembali membutuhkan biaya besar. Dengan metode kain dan cairan pelapis ini akan lebih fleksibel. Ecodur dapat dipakai pula untuk bak penampung air hingga kedalaman 5 meter serta industri perikanan dan udang. Tanah cukup digali, lalu ditutup dengan kain Ecodur ini,” kata Samsudiredja. Perusahaannya tahun ini juga sedang membangun bak penampung air seluas 4.000 meter persegi di Banyumas, Jawa Tengah.

Masa heboh petani yang kerap kesulitan pupuk juga menginspirasi Samsudiredja membuat pupuk organik cair yang diberi nama Garant. Garant merupakan larutan kultur mikroba menguntungkan, yaitu bakteri Bacillus sp, Lactobacillus sp, Azotobacter sp, Saccharomyces sp, dan kandungan bahan-bahan organik lain.

Keunggulan pupuk organik cair ini di antaranya dapat memperbaiki tanah yang rusak, meningkatkan kesehatan tanaman, mengikat nitrogen di udara dan menghasilkan hormon perangsang tumbuh, mencegah serangan hama dan penyakit tanaman, serta menghasilkan senyawa penting untuk pertumbuhan tanaman.

”Saya bukan ahli teknik atau pertanian, tapi saya banyak membaca buku, literatur, juga belajar dari internet. Saya juga melibatkan peneliti dari sejumlah perguruan tinggi, seperti Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Universitas Padjadjaran, dan Institut Teknologi Bandung. Produk yang kami hasilkan didahului dari riset ilmiah, dan semuanya sudah mendapat hak paten,” ujarnya.

Menurut Samsudiredja, dengan bantuan pupuk organik cair secara periodik, petani pun tanpa harus memiliki tanah yang luas atau pupuk kimia dapat menanam padi dengan hasil bagus.

Padi cukup ditanam di dalam kantong plastik berukuran 40 sentimeter x 40 sentimeter, yang dapat menghasilkan 375 gram gabah kering per kantong. Dengan kata lain, penggunaan pupuk dengan teknologi Jepang itu lebih menghemat biaya, air, dan pupuk urea (kimia). Sebab, umumnya area persawahan yang menggunakan pupuk kimia membutuhkan ribuan liter air. Sementara perbandingan dengan pupuk organik cair ini, 1 liter pupuk dapat menggantikan 1.000 liter air.

Pupuk jenis ini pernah diuji coba pada lahan kentang di Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga tiga tahun, dan produksi meningkat dari 26 ton menjadi 52 ton per hektar. Teknologi ini juga telah diterapkan di perkebunan kelapa sawit di Sumatera; pemupukan pohon apel di Batu, Jawa Timur; tanaman padi di Cianjur dan tanaman jati di Sukabumi, Jawa Barat; serta tanaman kakao di Lampung.

 

Baca juga:
Minyak Tawon, Bertahan Lebih dari 100 Tahun

Singkong Crispy Aceng Beromzet Rp 3 Juta Per hari
Suryadi, Mantan Penjaga Toko yang Sukses di Bra

Tas Manca Terkenal sampai Mancanegara

Andris, Mengangkat Beras Garut Lewat Nasi Liwet Instan

Simak artikel inspiratif lainnya di Inspirasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com