Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Rindu Pecel

Kompas.com - 22/02/2013, 08:42 WIB

PECEL menjadi makanan rakyat sejak zaman Sunan Kalijaga sampai hari ini. Menyantap satu pincuk pecel bisa membawa penikmatnya mengenang kampung halaman. Mungkin lantaran itulah mengapa banyak warung pecel di Jakarta.

Pesatnya perkembangan warung pecel Ibu Ida menjadi contoh nyata tingginya minat terhadap pecel. Didirikan dua tahun lalu, warung pecel ini sudah memiliki dua cabang di Cibubur dan di Bintaro. Sebentar lagi, cabang baru juga akan dibuka di Kelapa Gading.

Setiap hari, Hidayati (64), yang akrab dipanggil Ibu Ida, memproduksi lebih 1,5 kuintal sambal pecel untuk memenuhi kebutuhan konsumen. ”Jakarta benar-benar haus pecel. Warung baru dibuka saja sudah diserbu pelanggan,” kata anak dari Ida, Dina Martini (35).

Warung pecel Ibu Ida di Jalan Alternatif Cibubur, Kota Wisata Cibubur, dan Pasar Modern Bintaro memang tak pernah sepi pelanggan. Warung yang hanya tutup pada hari Senin ini terutama akan penuh sesak pada akhir pekan.

Ketika pertama kali berjualan di sebuah rumah toko di Jalan Alternatif Cibubur pada Juni 2000, Ida terkaget-kaget. Pecel dagangannya ludes terjual dalam waktu dua jam sejak warung dibuka. Pembeli pertamanya adalah para penggowes yang berolahraga pada Minggu pagi.

Pincuk

Menu pecel Ida memang layak diburu. Pecel disajikan di atas pincuk, atau tempat makan dari daun pisang. Seperti itulah pecel di kampung, di desa dulu disajikan. Pincuk itu diberi alas anyaman bambu sebagai wadah. Itu merupakan salah satu daya tarik dalam hal penyajian.

Begitu sambal pecel disiram di atas sayuran, aroma khas kencur dan jeruk purut langsung menguar.

Konsumen bisa memilih sambal pecel dengan tiga tingkatan rasa, yaitu pedas, sedang, dan manis. Begitu disiram air panas, tekstur sambal pecel menjadi mengambang dihiasi merah dan kuning bulir cabai serta hijau daun jeruk.

Sambal pecel Ibu Ida semakin unik karena hanya dibuat dari kacang lokal. Ia pernah hanya menggunakan kacang dari Tuban, tetapi kacang dari Tuban yang kulitnya berwarna putih ini kini makin sulit didapat di pasaran.

Rebusan sayuran yang sudah di-pecel-pecel (dipotong-potong) juga bisa menggugah selera. Sayuran segar seperti bayam, kenikir, kecambah, dan kembang turi segera disajikan setelah direbus. Rebusan ini dipersegar dengan taburan daun kemangi, irisan timun, dan lamtoro.

Pecel pincuk bisa disantap dengan nasi atau lontong dengan taburan rempeyek kacang dan teri yang renyah. Lauk-pauk seperti telur asin disajikan dalam keadaan masih hangat pada pagi hari. Demikian pula dengan tempe kemul yang dihidangkan panas-panas.

Sebagai penutup, disajikan minuman tradisional, seperti kunyit asam dan beras kencur. Kunyit asam di warung Ibu Ida dibubuhi dengan daun pandan wangi sedangkan beras kencurnya ditambahi sedikit laos dan jahe.

Suasana ”ndeso”

Saking ndeso-nya jenis makanan yang disajikan, Ida harus berburu bahan baku dari kampung halaman. Beberapa bahan, seperti petis, keluak, dan asam sengaja diambil langsung dari Malang, Jawa Timur. ”Ibu kangen pulang kampung, tetapi alasannya bahan baku habis,” kata Dina sambil menggoda ibunya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com