"Hermes itu dewa perdagangan, dewa kerumunan orang atau dewa dari segala dewa, karena dia memiliki sayap di tangan dan kakinya dia juga memiliki tongkat ajaib yang seperti tongkat kedokteran, padahal mah bukan," papar Asep.
Asep pun menambahkan, patung di perempatan Harmoni tersebut ialah replika, sedangkan yang asli terpajang di Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta.
Tidak sampai satu jam, sampailah di perhentian terakhir Tour de Busway, yaitu Halte Sawah Besar. Daerah ini dinamakan Sawah Besar karena memang dulunya di sini pernah ada sawah yang ukurannya besar-besar.
Di Sawah Besar terdapat Gajah Mada Plaza. "Mal Gajah Mada adalah mal pertama di kawasan ini tahun 80-an. Artis-artis kita banyak yang bermain di sini, seperti Dono, Kasino, Indro," ungkap Asep.
Turun di halte Sawah Besar, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada No 111. Jalan yang ditelusuri tak terlalu jauh. Sambil sesekali berhenti, Asep menjelaskan kepada peserta tur tentang tempat bersejarah yang dilewati, berupa gang-gang, masjid, musholla, dan sekolah.
Tiba di Gedung Arsip Nasional. Dari luar, gedung terlihat sangat gagah, antik, halaman yang luas serta arsitektur gedung seperti kebanyakan gedung-gedung peninggalan Belanda.
Ya, memang gedung ini dulunya adalah rumah Gubernur Jenderal pada tahun 1760-an. Gubernur Jenderal adalah pejabat yang paling disegani, setingkat dengan presiden tetapi bertanggung jawab terhadap raja atau ratu kerajaan di Belanda.
Banyak benda-benda antik tersimpan di sini, tersimpan dalam lemari-lemari kaca. Dilihat dari bentuknya, bangunan ini dulunya berfungsi sebagai rumah keluarga, jadi bagian-bagian bangunan pun tak berbeda dengan rumah kebanyakan. Ada ruang tamu, ruang memasak, dan ruang makan. Di luar bangunan ada bangunan lain yang terpisah, berfungsi sebagai rumah pengawal gubernur. Ada pula lonceng tua yang pada masanya lonceng untuk memanggil seluruh pekerja di sana.
Setelah singgah di Gedung Arsip Nasional, rute terakhir adalah Candra Naya. Candra Naya dulunya ialah rumah seorang mayor China yang bertugas mengurusi masyarakat China di Batavia, bernama Khouw Kim An.
Candra Naya terletak di Jalan Gajah Mada No.188 tepatnya di kompleks Green Central City. Pertama kali tiba di sana cukup terkejut, siapa sangka di antara kompleks hotel bintang lima, terselip bangunan bersejarah. Bangunannya khas rumah masyarakat China kuno zaman dulu dengan ujung atap kanan dan kirinya seperti tanduk. Dari awal mula berdirinya hingga sekarang, Candra Naya telah mengalami banyak pemugaran.
Sebagai perhentian terakhir, perserta yang berjumlah sekitar 250 orang, sekaligus bisa beristirahat. Sambil sesekali Asep, yang juga merupakan guru sejarah, menceritakan kepada peserta tur akan pentingnya anak muda dan sejarah dalam membangun sebuah bangsa.
"Sejarah itu sebagai alat. Alat pembuka, alat untuk mempersatukan bangsa," kata Asep.
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.