Menanggapi penutupan kawasan industri itu, Menteri Keuangan Korsel Hyun Oh-seok menyebutnya sebagai tindakan yang tak masuk akal.
Lebih lanjut Pemerintah Korsel mengoreksi pernyataan mereka sebelumnya, yang menyebutkan ada ”indikasi” Korut menyiapkan uji coba nuklir terbaru.
Pernyataan itu sebelumnya disampaikan Menteri Unifikasi Ryoo Kihl-jae di depan komite parlemen.
Ryoo menyebut ada indikasi ke arah sana menyusul sejumlah aktivitas yang terdeteksi di dua lorong bawah tanah di situs uji coba bawah tanah Punggye-ri, yang salah satunya pernah dipakai menguji coba nuklir Korut pada 12 Februari lalu.
Ryoo kemudian membantah merasa pernah menyatakan hal itu. Bantahan juga dilontarkan juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Kim Min-seok, yang menyebutkan, walau memang terjadi sejumlah aktivitas, kegiatan yang berlangsung tidak mengindikasikan ada pergerakan yang tak biasa.
Sementara itu, pernyataan prihatin disampaikan sejumlah pemimpin dunia menanggapi perkembangan situasi yang terjadi di kawasan tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Senin, meminta Korut menghentikan berbagai provokasi lanjutan yang dapat memperparah situasi dan semakin mengisolasi negeri itu dalam pergaulan dunia.
”Republik Demokratik Rakyat Korea (Korut) tak dapat terus bersikap seperti ini, berkonfrontasi dan menantang otoritas Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional,” ujar Ban.
Ban menyampaikan permintaan itu dalam sebuah jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans saat berada di Den Haag, Belanda, seusai pertemuan tentang Konvensi Senjata Kimia.
Dari Hannover, Jerman, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan kekhawatirannya. Bencana nuklir yang mungkin dalam krisis Semenanjung Korea itu, menurut dia, bisa jauh lebih buruk dari bencana nuklir Chernobyl tahun 1986.
”Jika sampai terjadi, semoga Tuhan tak mengizinkan, bencana Chernobyl bakal menjadi tak lebih dari sekadar cerita anak-anak dibandingkan dengan bencana yang mungkin terjadi dalam persoalan ini,” ujar Putin dalam jumpa pers didampingi Kanselir Jerman Angela Merkel.