"Of course not," jawabnya sambil menunjuk pada dua lelaki menelisik tanaman yang tumbuh di bukit depan hotel. Menurut Sato, kedua pria itu yang akan membantu kami mencari sayur.
Benar saja, kami bersepuluh plus dua bapak pencari sayur itu berjalan-jalan di sekitar hotel untuk mencari sayur. Mereka menunjukkan pakis yang bisa dikonsumsi.
Langkah kami makin jauh meninggalkan hotel menuju hutan pinus yang terhampar di sekitarnya. Kedua bapak itu kemudian membagikan kantong plastik kepada setiap orang sebagai wadah sayur yang kami dapatkan.
Keduanya menunjukkan pada kami tanaman yang aman dikonsumsi, yang beracun, atau yang bisa membuat gatal.
Sekitar setengah jam kami berburu sayur. Dan sayur-sayur yang terkumpul kami serahkan pada chef hotel. Kami tidak tahu sayur pakis dan sayur mirip daun singkong itu akan diolah menjadi apa, meskipun kami menduga, berdasarkan pengalaman sebelumnya, sayuran itu akan dijadikan tempura.
Tebakan kami tepat. Saat makan malam sekitar dua jam kemudian, kami mendapat suguhan tempura dari dedaunan yang kami petik sore harinya. Ternyata, sayur dari hutan yang baru dipetik memang lezat. Manis, dan yang pasti produk organik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.