Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan "Penyu" Melihat Hiu

Kompas.com - 05/08/2013, 10:52 WIB

Alam dan kampung

Sesungguhnya, tak cuma gurano bintang yang dapat menjadi ”jualan” ekowisata TNTC. Pada hari kedua pelayaran, kami mampir di Pulau Purup, pulau kecil yang menjadi ulayat penduduk Yomakan, kampung berpenduduk 300 jiwa yang ada di Pulau Rumberpon, Papua Barat.

Di pulau itu, terdapat laguna, sebuah danau yang memperoleh air asinnya lewat terowongan alam yang terhubung ke laut lepas. Laguna itu belum menjadi daerah tujuan wisata. Sekeliling danau masih berupa hutan semak belukar yang tumbuh di atas lantai pulau, berupa tanah tipis di atas bebatuan karang yang permukaannya runcing-runcing tajam.

Sayang, sebagian besar terumbu karang di laguna tersebut mati, banyak yang patah. Namun, ikan-ikan karang kecil aneka warna masih banyak bermain di sela-selanya. Satu hal yang paling menyenangkan adalah pada saat air sedang pasang surut di pagi hari. Kita bisa meluncur sambil menahan napas belasan detik, membiarkan arus mendorong kita memasuki terowongan air untuk keluar dari laguna, lalu timbul di laut lepas.

Pada hari itu pula Kompas merapat ke petak pantai berpasir putih di bagian lain Pulau Purup. Pesisir Pulau Papua yang ada di Teluk Cendrawasih, juga di banyak pulau-pulau kecilnya, tak banyak memiliki pantai yang landai berpasir putih. Di pantai pulau tak berpenghuni itulah sejumlah warga Yomakan mencari nafkah dengan mengumpulkan dan mengeringkan teripang.

Para lelaki kampung Yomakan adalah orang-orang yang bisa membuat iri eksekutif muda Jakarta yang rajin ke pusat kebugaran. Tubuh mereka ramping dengan bahu yang bidang. Otot-otot mereka kencang dengan wajah tampan yang dibingkai garis tulang rahang dan hidung yang tegas. Tak heran, para lelaki Yomakan mampu mengambil teripang di dasar laut dangkal seputar pulau dengan hanya bermodalkan kacamata renang.

Aktivitas para peramu dan bentang pulau hijau yang dikelilingi laut biru itu segera menjadi sasaran kerja dua anggota tim Tuturuga, Dissy Pramudita dan Bambang ”Coki” Hari. Dalam perjalanan ini, keduanya memang selalu menjadi darling of court, pusat perhatian warga, entah di kampung kecil seperti Yomakan dan Kwatisore, ataupun di Yende, kampung terbesar di TNTC.

Dissy adalah juru kamera aerial yang menggunakan kamera mini yang dikaitkan di helikopter empat baling-baling mini berpengendali jarak jauh. Dissy yang sekaligus menjadi ”pilot” quadchopper dan Coki yang teknisi pendukung memang cocok sebagai tim kecil. Mereka sama-sama teliti, cermat, dan perfeksionis.

Satu-satunya ”kekurangan” Coki yang sarjana manajemen transportasi udara mungkin cuma suka protes jika ada yang tak bisa membedakan antara teknisi pesawat terbang dan kru
ground handling bandara.

Yang jelas, dari bidikan kamera merekalah tim bisa melihat dengan jelas betapa tipisnya kampung Yende yang indah. Kampung di Pulau Roon itu hanya punya lebar tanah datar sekitar 50 meter dari bibir pantai. Selebihnya adalah perbukitan yang merabung.

Dari foto udara, gereja tua Yende yang dibangun pada 1884 terlihat lebih anggun. Yende memang merupakan salah satu lokasi awal penyebaran agama Kristen di kawasan Teluk Cendrawasih. Di gereja itu masih tersimpan alkitab tua cetakan 1898.

Begitu roda pesawat Cessna Grand Caravan menjejak Bandara Frans Kaisiepo, Biak, gereja tua Yende, Pulau Purup, gurano bintang, dan Tuturuga telah menjadi kenangan. Beruntung, para kawan seperjalanan, seperti Panji, Dissy, dan Coki, telah membuatnya abadi lewat rekaman film digital. Rekaman yang bisa mengobati kerinduan. (Yunas Santhani Azis)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com