Muhammad Havis alias Ahok (35), salah seorang pemandu wisata di kawasan Candi Muaro Jambi mengatakan bahwa dalam sehari lebih dari 2.000 orang pengunjung datang ke kawasan situs percandian itu.
"Memasuki hari ketiga lebaran ini bahkan semakin ramai. Banyaknya pengunjung hingga memacetkan jalan menuju kawasan percandian," ujarnya di Sengeti, Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi, Sabtu (10/8/2013).
Menurut Ahok, maraknya pemberitaan tentang Candi Muaro Jambi diperkirakan menjadi salah satu penyebab semakin terkenalnya situs percandian terluas di Asia Tenggara itu.
Ia menyebutkan bahwa sejak awal 2012 jumlah pengunjung Candi Muaro Jambi semakin bertambah setiap bulannya. Rata-rata pengunjung mencapai 6.000 orang dan didominasi oleh wisatawan lokal.
"Kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah. Sudah ada respons positif dari masyarakat memilih berkunjung ke Candi Muaro Jambi. Salah satunya tentu dengan peningkatan fasilitas wisata di sini agar pengunjung lebih betah," jelasnya.
Menurut Ida (30), salah seorang pengunjung, dirinya sengaja datang ke Candi Muaro Jambi untuk berlibur bersama keluarga. "Kami tinggal dan bekerja di Palembang, Sumatera Selatan. Namun keluarga ada di Jambi, sekalian mudik, kami memilih Candi Muaro Jambi untuk berwisata, karena memang di Jambi sangat jarang tempat wisata alam seperti ini. Apalagi di sini tempat dan suasananya sejuk dan bagus, lokasinya juga di tepi sungai," paparnya.
Lokasi candi tidak terlalu jauh dari Kota Jambi, karena hanya berjarak sekitar 30 kilometer atau sekitar 30 menit menggunakan kendaraan bermotor. Lokasinya yang berada tepat di jalur Sungai Batanghari bisa menjadi lokasi favorit untuk berwisata sejarah maupun alam.
Dengan luas kurang lebih mencapai 12 kilometer persegi, di areal dijumpai sedikitnya 82 situs candi dari berbagai ukuran. Semua candi kini terawat dengan rapi di bawah pengawasan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi.
Situs ini membentang dari barat ke timur sepanjang 7,5 kilometer dari tepian sungai Batanghari. Dulunya tempat ini belum banyak dikenal orang kecuali penduduk setempat. Baru sekitar tahun 1820 secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan SC Crooke, seorang perwira Inggris, ketika dalam tugasnya mengunjungi daerah pedalaman Batanghari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.