Sepuluh penari pria bertelanjang dada. Tangan mereka ditekuk di atas kepala, lalu diikat. Bersama dengan tangan, wajah para penari itu kemudian ditutup kain berwarna-warni. Dada dan perut gendut (ada pula yang kurus) penari berubah menjadi wajah-wajah pria dan wanita yang dilukis dengan berbagai ekspresi.
Ketika musik berirama dangdut dimainkan, tubuh para penari sontak berputar-putar, meliuk ke kiri kanan, dan membuat formasi saling silang atau berjejer. Gerakan tubuh menghidupkan ekspresi wajah di perut penari.
Gelayut perut gendut yang bergoyang-goyang membuat ekspresi wajah di perut ikut berubah-ubah, terkadang seperti cemberut atau tersenyum. Inilah boneka manusia yang menjadi tradisi baru masyarakat Rajasthan dan Gujarat, India. Pertunjukan boneka manusia yang diciptakan seniman Jeetendra Adwani ini mampu membuat geli penonton yang sebagian besar orang asing, Senin (2/9), di Hall Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan.
”Saya terinspirasi orang-orangan sawah di ladang kami,” kata Jeetendra yang sore kemarin ikut menari. Ia menciptakan boneka manusia pada tahun 1995 dan sejak itu tarian boneka manusia dikenal sebagai ciri khas tarian tradisi Rajasthan dan Gujarat.
Beragam boneka
WWPC 2013 menampilkan beragam boneka dari sejumlah negara. Valeria Sacco dari Riserva Canini Teatro Italia, misalnya, memperkenalkan boneka perempuan seukuran manusia yang ia mainkan sendiri. Dalam penampilannya, Sacco membaur bersama boneka yang selalu bersandar pada tangannya. Ia sendiri menutupi wajahnya dengan kain dan kadang- kadang dibuka untuk berperan menjadi lawan bicara sang boneka.
Dari Peru, Amerika Selatan, Jose Navarro memainkan boneka yang digerakkan dengan tali- temali. Keterampilan jarinya membuat boneka yang mengenakan pakaian tradisional Peru itu begitu hidup. Boneka itu ia hidupkan dari ritual tari tradisional Peru bernama tari gunting (scissors dance).
Pertunjukan boneka lainnya bentuknya sangat beragam, mulai dari boneka jari, boneka tali, boneka bayangan, hingga boneka yang tangan kaki dan kepalanya langsung digerakkan tangan-tangan pemainnya. Mereka tampil dalam pertunjukan gratis di empat lokasi yang berbeda, yaitu di Gedung Pewayangan TMII, Museum Nasional, Monumen Nasional (Monas) dan Gedung Teater Usmar Ismail pada 1-8 September. Selesai bermain, giliran para seniman itu ”digiring” untuk menonton wayang Indonesia semalam suntuk di Monas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.