”Setiap kali teman dari luar Sumbawa datang, saya mengajaknya ke sini. Supaya merasakan singang. Dijamin, pasti suka,” kata Julmansyah berpromosi.
Pantai Baru, tempat makan milik Mustaram di lahan seluas sekitar 1 hektar itu, penuh pengunjung. Kami harus jeli mencari beruga atau saung beratap ilalang yang kosong. Umumnya, beruga dipenuhi keluarga yang makan beramai-ramai. Di antara beruga, anak-anak kecil riang berlarian.
Di tengah terpaan sinar matahari yang memantul di pasir pantai, diiringi bunyi debur ombak yang samar-samar, kami menikmati segarnya singang, semacam sup ikan yang diberi tambahan kunyit.
Atas saran pengelola rumah makan, kami memilih ikan mengali untuk dimasak singang. ”Daging mengali ini tidak lembek, jadi tidak akan hancur saat dimasak. Cocok untuk singang,” ujar Gamarati, pengelola rumah makan.
Tak menunggu lama, singang kami datang. Kuah panasnya yang kuning kecoklatan mengepulkan asam. Aromanya menggugah selera. Potongan ikan berwarna kekuningan dengan beberapa butir cabai rawit di sekelilingnya. Benar kata Gamarati, potongan ikan mengali tetap utuh, tetapi dagingnya lembut. Rasanya segar, dengan pedas yang sedikit menggigit. Kami nikmati juga plecing kangkung, yang sambal tomatnya segar sekali itu. Singang yang lezat, ditambah plecing kangkung yang segar, membuat kami tak ingin berhenti makan.
Sepat
Di Pantai Baru ada dua masakan khas Sumbawa yang digemari pembeli, yaitu singang dan sepat. Dua jenis masakan tersebut hampir sama: berbahan dasar ikan dan berkuah.
”Kalau singang, ikan direbus atau dimasak sekaligus bersama kuahnya. Kalau sepat, kuahnya sudah ada. Ikan dimasak terpisah, lalu nanti diguyur kuah saat makan,” kata Gamarati.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.