Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertawan Pesona Gerabah Banyumulek

Kompas.com - 09/11/2013, 13:56 WIB

"Bahan baku gerabah adalah tanah liat yang diambil dari Gunung Sasak, tidak jauh dari Banyumulek. Harga tanah per mobil pick up senilai Rp 300 ribu. Tanah sebanyak itu bisa dipakai untuk seminggu hingga dua minggu," katanya.

Dia mengharapkan, semoga dunia pariwisata Lombok semakin ramai dengan kunjungan wisatawan, agar berimbas pada usaha gerabah di Banyumulek.

Kalau bisa, H Nurhalimah mengharapkan, agar peminat gerabah Banyumulek bisa seramai seperti ketika masa sebelum bom Bali meledak. "Bom Bali meledak itu tahun 2002. Sebelum terjadi peledakan itu, penjualan gerabah sangat bagus. Banyak sekali peminat gerabah. Tapi setelah kejadian itu, pasaran gerabah anjlok sekali, padahal harga gerabah tidak terlampau mahal. Kisarannya Rp 5 ribu - Rp 250 ribu," keluhnya.

Pasar Mancanegara

Suparlan, pengusaha gerabah lain di Banyumulek juga mengakui kelesuan permintaan pasar belakangan ini, meski sudah berkreasi dengan menambah ornamen, seperti rotan atau memberi sentuhan lukisan pada gerabah buatannya.

"Tapi penyebabnya bukan karena meledaknya bom di Bali beberapa tahun lalu, melainkan karena kondisi perekonomian di Amerika Serikat yang tengah tidak stabil," katanya sembari membuat sketsa bentuk gerabah.

Dia menjelaskan selama ini memang memiliki pelanggan tetap dari negara tersebut, yang rutin memesan gerabah padanya. Bahkan pada masa ramai-ramainya pemesanan, omzet yang didapatnya bisa sampai ratusan juta rupiah per bulan.

Sekarang, menurut Suparlan, omzet yang didapatnya sekitar Rp 10 juta - Rp 20 juta setiap bulan. Tapi dia bersyukur, sembari berharap suatu hari ada perubahan yang lebih baik, karena dia harus menghidupi 50 karyawan yang membantu kelancaran usahanya.

Kelangsungan usaha Suparlan, memang sangat bergantung pada permintaan pasar dari Amerika Serikat, meski pengirimannya melalui agen dari Bali. Setelah barang terkirim ke Bali, baru dikirimkan ke konsumen yang memesan.

Terkait kendala, Suparlan menyatakan kalau selama ini pemerintah masih belum berpihak kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) seperti dirinya.

"Kalau ada program studi banding, bukan orang yang bergelut di bidang gerabah yang terpilih. Justru orang-orang yang tidak berprofesi sebagai pelaku usaha gerabah yang dikirim studi banding, karena kebetulan masih keluarga pejabat pemerintah. Ini kan tidak tepat sasaran," ujarnya.

Ke depan, Suparlan menginginkan agar gerabah Banyumulek bisa go international dengan merek kerajinan khas Lombok, bukan seperti sekarang, yang dikirim lewat Bali dan tertera sebagai salah satu produk dari Pulau Dewata. (Tri Vivi Suryani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com