Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kepiting di Kampoeng Kepiting

Kompas.com - 02/01/2014, 14:57 WIB
TANGKAP kepiting dari keramba. Ikat, lalu bawa ke kokinya, atau Anda bisa masak sendiri di dapurnya. Sambil menunggu matang, Anda bisa naik perahu nelayan berkeliling hutan bakau. Pengalaman itu bisa didapatkan di Ekowista Kampoeng Kepiting, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung, Bali.

Tak hanya sebatas menikmati kuliner saja. Sambil duduk-duduk santai di balai-balai bambu, Anda juga bisa melihat-lihat pemandangan jalan di atas perairan, kapal-kapal nelayan, hijaunya pohon bakau, dan langit biru.

Ekowisata Kampoeng Kepiting terletak sebelum pintu tol menuju ke Nusa Dua, atau sebelum putaran menuju Bandara Internasional Ngurah Rai. Arahnya sebelah kiri atau utara jalan. Gampang saja.

Menu-menu yang disajikan beragam masakan kepiting. Kepiting Goyang Tol menjadi menu favorit para pelanggan. Resep dan rasa mungkin mirip dengan kepiting buatan restoran. Hanya saja, bumbunya tak hanya rempah-rempah, tetapi juga ada cita rasa dari buah bakau pidada (Sonneratia caseolaris). Itu nilai tambah dari lezatnya santapan hewan bakau bercapit ini.

Tamu bisa memilih sendiri kepiting yang akan dimasak. Petugas kuliner akan mengantarkan tetamu ke keramba-keramba yang siap panen. Tamu akan dipandu cara memancing, mengikat kepiting oleh petugas. Tampaknya memang mudah dipraktikkan. Pengunjung bisa saja mencoba mengikat sendiri kepiting tangkapannya, tetapi perlu berhati-hati terkena capitnya yang tajam.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI Dapur Kampoeng Kepiting Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Kabupaten Badung, Bali.
Rata-rata berat kepiting bakau ini berkisar 800 gram. Badan atau cangkangnya selebar telapak tangan orang dewasa dengan jari direntangkan. Sajian setiap piringnya bisa satu ekor atau dua ekor kepiting. Tentu saja sepiring bisa disantap untuk dua orang. Dapurnya pun terbuka dan siapa saja bisa melihat sang koki memasak.

Usaha nelayan

Rumah makan ini muncul dari kegigihan para nelayan Tuban yang membentuk kelompok bernama Wanasari di tahun 2009. Tangkapan ikan terus menurun menjadi keresahan nelayan Tuban. Namun, mereka tak ingin berdiam diri karena hidup terus berjalan.

Ketua Kelompok Nelayan Wanasari I Made Sumasa (49) mengatakan, ia terus memotivasi teman-temannya untuk bersama-sama mencari solusi agar tetap bertahan. Kepiting menjadi pilihan mereka untuk dibudidayakan.

”Kami pun memulai membuat sebuah keramba kepiting di antara hutan bakau. Maklum, kami bergelut mencari ikan di sekitar hutan bakau ini. Kini segalanya kami manfaatkan,” kata Sumasa.

Kepiting pun mereka biakkan dari bibit hingga penggemukan. Pada tahun 2010, mereka berkenalan dengan tim community social responsibility dari Depo Ngurah Rai Pertamina. Mereka mendapatkan pembinaan dan bantuan dana, dan hingga Desember ini masih berlangsung.

Soal resep, Sumasa pun berani menjamin nikmatnya. Alasannya, ia menggunakan resep-resep warisan orang tua-orang tua mereka yang sudah terlebih dahulu memanfaatkan hasil dari hutan bakau ini. Istri Sumasa, Kadek Surasmini (36), merupakan koki utama resto apung itu. Ini sekaligus memicu semangat kaum ibu agar juga bisa berdaya. ”Seluruh resepnya sudah teruji. Sekarang kami menunggu kritik dan saran dari seluruh pengunjung,” ujar Surasmini tersipu.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI Made Sumasa, Ketua Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Kabupaten Badung, Bali, memperlihatkan panenan kepiting bakau hasil budidaya anggotanya, Kamis (5/12/2013). Budidaya kepiting bakau dari puluhan anggotanya dimulai sejak tiga tahun terakhir setelah hasil tangkapan ikan menurun. Penurunan ini karena dampak pembangunan Jalan Tol Bali Mandara yang menutup kawasan tangkapan serta keramba mereka dengan ribuan tiang pancang.
Pendapatan dari resto pun meningkat dari Rp 16 juta menjadi Rp 50 juta. Angka ini tak hanya didapatkan dari pemasukan restoran, tetapi juga dari penyewaan tempat untuk pernikahan, sesi pemotretan untuk pernikahan, dan penyewaan perahu. Setidaknya, pendapatan ini semakin memantapkan pilihan para nelayan Desa Tuban.

Para ibu nelayan pun tak sebatas sibuk mengolah menu-menu kepiting, tetapi juga mengutak-atik penganan ringan seperti permen, biskuit, dan sirup. Bahan bakunya tentu seluruh buah yang berasal dari bakau, terutama pidada. Selai itu, ada pula bakau sebagai sayuran, turi, dan kerakas. (AYU SULISTYOWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com