Taman-taman asri beragam tema, dipenuhi tumbuhan serta pohon hijau dan bunga warna-warni, dan sejumlah bangunan indah ala negeri impian dilengkapi dengan banyak pilar.
Film India memang dipahami identik dengan nyanyian dan tarian, yang kebanyakan dimainkan para bintangnya di taman- taman indah atau tak jauh dari pilar-pilar.
Karena itu, tak heran ada candaan yang menyatakan bahwa jangan pernah membawa orang India ke taman atau didekatkan dengan pilar-pilar bangunan karena mereka akan langsung menari dan menyanyi.
Ide awal Rao, yang juga lama berkecimpung di dunia perfilman India, adalah mendirikan satu pusat pembuatan film tempat semua proses bisa dilakukan. Mulai dari tahap praproduksi, saat produksi, dan pasca produksi. Selain itu, semua perlengkapan, mulai dari lampu, set panggung, kostum, kamera, kru, pemain, ahli edit, hingga pemrosesan film, tersedia.
”Ibaratnya, seseorang yang ingin membuat film tinggal datang membawa naskah serta tentunya uang yang cukup. Nanti dia keluar dari sini sudah bisa membawa film siap edar,” seloroh Rajeev Jalnapurkar.
Rajeev adalah Wakil Presiden Ushkiron Movies Ltd, perusahaan pengelola Kota Film Ramoji. Kompas bersama 20 jurnalis dari 10 negara ASEAN berkesempatan menemuinya saat memenuhi undangan Pemerintah India, 5-12 Maret lalu.
Jumlah itu dua kali lipat dari total yang dihasilkan industri film Amerika Serikat dan bahkan 10 kali lipat dari total film yang dibuat industri film Inggris.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.