Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/06/2014, 17:13 WIB
STATUS tempat steril dari sembarang orang pada The Palais Buitenzorg atau Istana Kepresidenan Bogor diruntuhkan kembali lewat program Istana untuk Rakyat 2014.

Program itu berlaku Senin (9/6/2014)-Kamis (12/6/2014) dan Sabtu (14/6/2014). Siapa saja, asalkan sudah terdaftar, boleh mengunjungi kompleks istana seluas 28,8 hektar dan dibangun oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff sejak Agustus 1744 itu secara berkelompok dan gratis.

Peserta berangkat pukul 08.00, 08.30, 09.00, 09.30, 10.00, 10.30, 11.00, 11.30, atau 12.00 sesuai pendaftaran. Keberangkatan dari gedung Kemuning Gading, Balai Kota Bogor.

Peserta masuk istana lewat gerbang di seberang pohon beringin atau Balai Kota Bogor. Jalan aspal rindang, suasana sejuk, dan rusa berkeliaran. Nah, satwa itu didatangkan dari perbatasan Nepal-India oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Dari tiga pasang (6 ekor) kini sudah berkembang biak menjadi 800 ekor.

Di jalan menuju istana juga ada beberapa patung (mayoritas perempuan) tanpa busana. Nah, kunjungan dimulai dari gedung sisi kiri. Di teras gedung ada patung perunggu Ritual Meminta Hujan. Patung itu karya Marta Jiraskova (artis Ceko), dibuat pada 1938, dan diberikan kepada Presiden Soekarno oleh Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Patung dari bahan serupa dan karya artis yang sama dinamai Ritual Terima Kasih ada di gedung sisi kanan, tempat terakhir yang dikunjungi peserta tur sebelum pulang.

Sisi kiri adalah gedung untuk tamu negara setingkat menteri. Dari sini, peserta masuk istana, yakni ruang menonton film. Di lorong ini ada lukisan Jika Tuhan Murka dan Peperangan antara Gatotkaca dan Antasena karya Basuki Abdullah. Di ruang lain ada lukisan karya Tadeusz Makowski asal Rusia yang diberikan Presiden Nikita Khrushcev kepada Soekarno.

KOMPAS.com/SABRINA ASRIL Patung Peminta Hujan di Istana Bogor sebelum (kiri) dan sesudah dibalut dengan kain, Rabu (28/5/2014).
Lampu gantung berasal dari Austria. Lantai dari Italia. Banyak karya seni sumbangan pemimpin negara sahabat semasa Soekarno atau Soeharto berkuasa dan masih terawat.

Selanjutnya, peserta melewati ruang teratai, tempat jamuan tamu negara. Di sini ada lukisan presiden dari era Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono. Lukisan akan bertambah jika ada presiden baru. Di sini juga ada cermin seribu bayang karena efek dari dua cermin yang berhadapan.

Selanjutnya, ada ruang garuda, tempat pertemuan tamu negara. Dulu, ruang ini tempat berdansa pejabat Hindia Belanda. Lantai dua yang tertutup tempat musisi mengiringi mereka berdansa. Setelah itu, peserta berkunjung ke sisi kanan, tempat tamu setingkat presiden menginap. (Ambrosius Harto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com