Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2014, 20:01 WIB
MEMASUKI usia ke-230, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, belum kehilangan pesona. Kota yang sejak 30 tahun lalu dicanangkan sebagai kota wisata itu masih gagah diapit gunung api Singgalang dan Marapi. Bagi kebanyakan wisatawan, melancong ke Sumbar kurang lengkap jika belum ke Bukittinggi.

Daya tarik Bukittinggi, yang pernah dijuluki kota perjuangan karena menjadi kota kelahiran tokoh nasional, seperti Mohammad Hatta, Sjahrir, Muhammad Nasir, dan Tan Malaka, serta sarat sejarah sejak zaman kolonial hingga kemerdekaan, memang terasa. Setiap akhir pekan, termasuk hari libur, kawasan Lembah Anai di Padang Panjang yang menjadi jalur masuk ke Bukittinggi dari selatan penuh antrean kendaraan. Rangkaian sepeda motor, mobil pribadi, dan bus pariwisata kian terasa begitu masuk kawasan Padang Luar, sekitar 7 kilometer dari pusat kota Bukittinggi. Kondisi serupa juga terlihat dari arah utara (Pekanbaru, Riau) dan timur (Medan, Sumatera Utara).

Tiba di pusat kota, wisatawan biasanya menyebar ke berbagai tempat yang menawarkan pemandangan, sejarah, budaya, kuliner, dan belanja. Menara Jam Gadang yang dirancang arsitek Yazid Abidin atau Angku Acik dari Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumbar, masih menjadi magnet utama. Menara setinggi 26 meter itu berdiri kokoh sejak tahun 1826 dan menjadi pusat kegiatan publik di Bukittinggi.

”Sebelum dicanangkan sebagai kota wisata, sektor pariwisata sudah menjadi sumber ekonomi masyarakat Bukittinggi. Sayangnya, upaya pengembangan wisata sebagai ikon kota pada saat itu belum maksimal. Kekhawatiran masyarakat, jika ada orang asing berkunjung dapat merusak agama dan tatanan nilai, menjadi hambatan,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bukittinggi Melfi Abra, Selasa (24/6/2014), di Bukittinggi.

Oleh karena itu, pemerintah kala itu memaksimalkan sosialisasi untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang wisatawan. Semua pihak yang punya kepentingan ikut turun untuk meyakinkan warga bahwa pariwisata bisa menjadi penguat. Upaya itu membuahkan hasil saat masyarakat terbuka dan terlibat. Bukittinggi pun kemudian dicanangkan sebagai kota wisata pada
11 Maret 1984.

KOMPAS/RINI KUSTIASIH Ngarai Sianok di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, merupakan salah satu jalur yang disukai komunitas pesepeda. Jalur yang berkelok-kelok dan pemandangan alamnya yang indah itu membuat jalur ini sering dilintasi para pesepeda. Foto diambil pada 27 April 2014.
Perubahan terjadi di Bukittinggi dan berlangsung sampai sekarang. Euforia masyarakat yang merasakan manfaat dari pariwisata menumbuhkan industri kreatif di berbagai bidang, seperti seni pertunjukan, kerajinan, dan kuliner.

Fasilitas pendukung juga bertumbuh, seperti hotel, rumah makan, dan jasa. Hingga tahun 2012, di Bukittinggi tercatat ada 60 hotel dengan berbagai tingkatan, yaitu 15 hotel berbintang dan 45 hotel nonbintang. Jumlahnya meningkat dari 57 hotel tahun 2011. Tempat kuliner saat ini mencapai 34 rumah makan.

Posisi Kota Bukittinggi sebagai persinggahan perjalanan dari Medan dan Pekanbaru menuju Padang atau sebaliknya berperan besar dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Data Badan Pusat Statistik Kota Bukittinggi menunjukkan, kunjungan wisatawan mancanegara dan Nusantara meningkat. Meski sempat turun hingga angka 82.135 orang saat gejolak 1988, wisatawan yang berkunjung hingga tahun 2013 mencapai 436.213 orang per tahun.

Industri kreatif tumbuh

Tingginya minat wisatawan memacu tumbuhnya industri kreatif. Ikon Bukittinggi adalah bordir kerancang, yaitu bordir halus dengan lubang-lubang yang terbentuk dari jalinan benang bordir, seperti pada mukena, jilbab, baju kurung, dan baju koko. Sentra kerajinan ini disebut Kampung Bordir Kerancang, yang terletak di dua kelurahan, yaitu Campago Guguk Bulek dan Manggis Ganting, Kecamatan Mandiangin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia

Panduan Lengkap ke Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia

Travel Tips
India Peringkat 6 Negara Penyumbang Turis Asing Terbanyak ke Indonesia

India Peringkat 6 Negara Penyumbang Turis Asing Terbanyak ke Indonesia

Travel Update
5 Tips Wisata ke Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, Datang Pagi

5 Tips Wisata ke Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, Datang Pagi

Travel Tips
7 Museum di Jakarta yang Instagramable buat Liburan Akhir Tahun 

7 Museum di Jakarta yang Instagramable buat Liburan Akhir Tahun 

Jalan Jalan
Intip Isi Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia, Ada Apa Saja?

Intip Isi Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia, Ada Apa Saja?

Jalan Jalan
4 Tips Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Registrasi Online Dulu

4 Tips Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Registrasi Online Dulu

Travel Tips
14 Aturan Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Boleh Memotret di Area Tertentu

14 Aturan Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Boleh Memotret di Area Tertentu

Travel Update
Pengalaman Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Lihat Pusaka Pangeran Diponegoro

Pengalaman Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Lihat Pusaka Pangeran Diponegoro

Jalan Jalan
10 Kota Termurah di Dunia 2023, Mana Saja?

10 Kota Termurah di Dunia 2023, Mana Saja?

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten

Harga Tiket dan Jam Buka Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten

Travel Update
3 Wisata sambil Olahraga Alam Bebas di Bangka, Akses Dekat ke Bandara

3 Wisata sambil Olahraga Alam Bebas di Bangka, Akses Dekat ke Bandara

Travel Update
5 Aktivitas di Pantai Klotok Wonogiri, Main Air hingga Naik ATV

5 Aktivitas di Pantai Klotok Wonogiri, Main Air hingga Naik ATV

Travel Tips
10 Kota Termahal di Dunia, Peringkat 1 dari Negara Tetangga Indonesia 

10 Kota Termahal di Dunia, Peringkat 1 dari Negara Tetangga Indonesia 

Travel Update
5 Aktivitas di Pameran Repatriasi, Lihat Arca dan Ambil Majalah Gratis

5 Aktivitas di Pameran Repatriasi, Lihat Arca dan Ambil Majalah Gratis

Travel Tips
Harga Tiket Terbaru Gunung Api Purba Nglanggeran, Siang dan Malam Berbeda

Harga Tiket Terbaru Gunung Api Purba Nglanggeran, Siang dan Malam Berbeda

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com