Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/02/2015, 14:19 WIB
Sabrina Asril

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, ancaman boikot pariwisata yang dilontarkan Pemerintah Australia hingga saat ini masih belum terbukti. Pasalnya, jumlah kunjungan wisatawan asal Australia tetap besar.

"Secara statistik tidak turun. Dari Australia sudah menembus angka 1 juta jiwa, dan tahun ini kami harapkan sudah 1,2 juta jiwa. Sekarang sudah 10 persen dari total 9 juta (wisatawan mancanegara)," kata Arief seusai melakukan rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Senin (16/2/2015).

Menurut Arief, basis bisnis pariwisata adalah antara individu dan individu, bukan antara pemerintah dan pemerintah. "Jadi kalau orangtuanya berantem, anaknya masih main bersama," ungkap Arief.

Ke depan, dia berharap agar hubungan sosial dan budaya antara rakyat Indonesia dan Australia akan terus terjaga.

Sebelumnya diberitakan, wisatawan Australia akan memboikot Indonesia jika Jakarta mengeksekusi mati dua penyelundup narkoba asal Negeri Kunguru itu, yaitu Andrew Chan and Myuran Sukumaran. Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengemukakan hal itu, Jumat (13/2/2015).

Bishop mengatakan, situasi menegang ketika pihak berwenang Indonesia membuat rencana untuk memindahkan pasangan tersebut dari penjara Kerobokan di Bali ke lokasi eksekusi mereka. "Ini situasi yang sangat tegang," kata Bishop kepada radio Fairfax. (Baca: Jika Warganya Dieksekusi, Warga Australia Bisa Boikot Pariwisata Indonesia)

Aksi bersama telah diselenggarakan di seluruh Australia, yang tidak mendukung hukuman mati, guna memohon belas kasihan. Bishop mengatakan, jika kedua orang tersebut menghadapi regu tembak, hal itu bisa memengaruhi apakah warga Australia akan berlibur ke Indonesia atau tidak. Dia memperingatkan Jakarta untuk tidak meremehkan kekuatan perasaan masyarakat Australia terhadap pasangan itu.

"Saya sudah kewalahan dengan e-mail dan pesan teks. Saya tahu bahwa orang-orang telah melakukan doa bersama dan aksi unjuk rasa," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com