Menjalin komunikasi
Di Indonesia, terutama Jakarta, orang mengumpulkan batu mulia bukan semata demi investasi meski dewasa ini harganya juga makin melejit. ”Kami memanfaatkan wabah batu akik untuk menjalin komunikasi dengan warga,” kata anggota Binmas Kepolisian Sektor Metro Palmerah, Jakbar, Ajun Inspektur Satu Tugianto, Kamis (9/4/2015). Ia menjelaskan, wabah batu akik yang terjadi setahun belakangan membuat beban kerja Binmas berkurang.
”Kami bisa dengan mudah berkumpul dengan para pengojek di pangkalan, warga di pos hansip, atau komunitas batu akik di salah satu rumah anggota komunitas,” ucapnya. Di sela percakapan tentang batu akik inilah, Tugianto mengumpulkan informasi, mengimbau, memonitor, memediasi, dan merangkul warga.
Hal yang sama juga ia lakukan kala tren sepeda menjadi wabah. ”Tetapi, saat itu rentang rangkulan kami lebih terbatas. Sebab, pemilik sepeda kebanyakan dari kelas menengah saja. Kalau pemilik batu akik, kan, sekarang dari kelas atas sampai kelas bawah,” tuturnya.
Sulaiman (41), tukang ojek, mengatakan, setelah ia mendapat pekerjaan sambilan membuka lapak batu akik, pendapatannya bertambah sampai tiga kali lipat. Edy (46), salah satu warga Kemanggisan, Jakarta Barat, mengatakan, setelah ia mengenal dunia batu akik sejak enam bulan lalu, ia bisa mengakhiri kebiasaan buruknya berjudi.
Istrinya pun senang. Sebab, setelah ia menjadi pedagang khusus batu bacan, Edy yang memiliki 10 unit kos tak lagi memboroskan uang hasil kontrakan untuk berjudi. Ia justru mendapat penghasilan tambahan.
Baik Sulaiman maupun Edy mengatakan, relasi pertemanannya pun meluas tanpa kenal kelas lagi. ”Ya, kalau udah ngomongin batu akik di lapak saya, enggak ada lagi tuh orang kaya, orang miskin, orang penting, orang pinggiran. Habis semuanya pada pakai celana pendek sama kaus doang,” kata Sulaiman sambil tertawa.
Guru Besar Sosiologi UI Prof Mustofa berpendapat, nilai akik di Indonesia tak sebatas nilai kebendaan saja, ”Tetapi juga tentang mitos dan tradisi, sugesti, dan gaya hidup yang oleh Weber (Maximilian Weber, sosiolog dan ekonom asal Jerman) disebut sebagai rasionalitas tradisional.”
Istimewanya, dunia batu akik di Indonesia itu memberikan ruang bermain lebih luas bagi kelas bawah. ”Bagi mereka, dunia batu akik bisa menjadi pelipur lara dan mainan mengasyikkan. Gengsi mereka pun dalam pergaulan antarkelas terangkat,” ucap Mustofa.
Sekretaris Jenderal Komunitas Batu Mulia Sujatmiko mengatakan, dampak sosial wabah batu akik di Indonesia positif.
Di tempat terpisah, psikolog sosial Prof Dr Sarlito Wirawan mengingatkan, momentum wabah akik ini bisa segera dimanfaatkan memperluas sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. ”Jangan sampai tren batu akik cuma mengulang tren ikan louhan dan tanaman hias gelombang cinta saja,” ujarnya. (WINDORO ADI)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.