Bertualang di alam bebas menjadi tren pariwisata sekaligus gaya hidup baru yang diusung warga urban. Bentang alam yang luas, cantik di daratan dan memukau di bawah laut, membawa nama Indonesia mencuat di antara destinasi wajib petualang dunia. Gairah ini pun menular di kalangan anak muda dalam negeri.
Namun, berwisata alam tak semata menenggak sensasi bertualang, melainkan juga mengasah kepekaan konservasi lingkungan tiap orang. Gaung ekowisata memang kian santer, tetapi nyatanya belum semua pihak memahami dan menerapkannya.
Bentang ironi
Wisata bahari yang kian populer tak bisa dimungkiri membuka keran ekonomi bagi masyarakat sekitar. Namun juga mendatangkan tantangan ekologis, mengingat tidak semua pengunjung dibekali pengetahuan dasar mengenai cara memperlakukan ikan dan terumbu karang yang menjadi sang magnet.
Tidak sedikit orang dengan sengaja mengambil terumbu karang dari dasar laut, menginjakkan kaki di atasnya sehingga patah, bahkan ada yang menampilkan foto bersepeda di atas terumbu karang. Kegiatan terakhir menimbulkan kecaman di sosial media, sekaligus mengingatkan kembali akan perlunya kampanye menjadi petualang bertanggung jawab.
Kebiasaan memberi makan roti pada ikan saat snorkeling agar ikan-ikan mendekati diri kita juga bisa membawa bencana. Selain mengganggu pola makan alami, roti yang beragi dapat merusak kehidupan terumbu karang.
Masalah sampah pula yang menjadi kecemasan para pencinta Gunung Semeru, Jawa Timur. Semakin populernya gunung ini sejak diangkat menjadi salah satu latar cerita novel dan layar lebar, membuatnya makin kebanjiran pendaki. Sayangnya, banjir pendaki ini juga melahirkan banjir sampah. Banyak pendaki yang tak membawa turun sampah sepulang dari puncak.
Sorotan sampah ini pun menggelayuti eksotisme Pulau Sempu. Dulu dikenal sebagai tempat favorit untuk menyepi dalam balutan alam cantik dan beralaskan pasir putih. Kini ia sesak dengan tenda warna-warni dan onggokan sampah yang ditinggalkan para penikmatnya.
Tak ada yang salah dari menikmati keindahan Sang Pencipta, selagi tetap memegang “rambu-rambu”. Sebelum bercengkerama dengan binatang, tumbuhan, lingkungan sekitar dan membuat foto yang menjadi buah bibir kala berlibur, tak ada salahnya tanyakan hal ini terlebih dulu. “Makhluk hidup mana yang sudi ketenangannya diganggu?” (ADT)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.