Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Bumi Toba, Memuliakan Bumi, Menyejahterakan Warga

Kompas.com - 21/04/2015, 08:46 WIB
MIRANDA Smith (28) asyik memotret gugusan bebatuan di tepi jalan berkelok kawasan wisata Tuktuk Siandong, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Lensa kameranya sesekali difokuskan lebih dekat mengabadikan struktur bukit batu berwarna putih dengan sisi-sisi runcing. Di bawah kelokan bukit, muka air Toba jernih memantulkan bayang awan gelap. Mendung tak memupus keelokan danau.

”Saya dengar cerita tentang keindahan Toba sejak remaja. Namun, baru-baru saja tahu keunikan geologinya,” ujar pelancong asal Colorado, Amerika Serikat, itu pada pertengahan Februari 2015, di Samosir.

William Marciell (30), pelancong yang turut dalam rombongan Miranda, mengatakan, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan mengoleksi foto-foto situs geologi hasil morfologi jutaan hingga puluhan ribu tahun silam itu. Dia bangga bisa menyaksikan ”saksi bisu” kedahsyatan letusan gunung yang memengaruhi kehidupan dunia itu.

”Sejarah letusannya bahkan lebih dahsyat dari supervolcano Yellowstone. Tidak hanya geologinya, kekayaan budaya dan masyarakatnya juga sangat menarik,” kata William.

KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Pemandangan Danau Toba di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (19/4/2015). Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang tercipta dari hasil letusan gunung berapi raksasa (supervolcano) pada 75.000 tahun silam.
Salah satu contoh jalinan antara bentang alam dan peradaban manusia di sekitar Toba dapat dipelajari dari struktur bebatuan Kubah Lava Riodasit yang diamati rombongan pelancong asal AS itu. Batuan lava hasil ekstrasi lelehan magma ke permukaan hingga membentuk kubah lava itu ternyata digunakan oleh masyarakat setempat untuk menyusun Batu Persidangan Makam Raja Siallagan di Samosir.

Bebatuan menjadi elemen sakral bagi masyarakat Toba sejak dahulu. Sutrisno Siallagan, Kepala Desa Siallagan, menuturkan, nenek moyang mereka begitu meluhurkan batu sehingga semua kubur orang terhormat disimpan dalam batu ukir.

Peradaban yang berkembang juga menyesuaikan gejala alam. Menyusuri perkampungan adat di Samosir, masih terlihat rumah-rumah adat Batak kuno terbuat dari kayu, dengan bentuk dinding samping seperti lunas (balok memanjang di dasar perahu) dan ditopang tiang-tiang terikat kuat satu-sama lain. Bangunan diletakkan di atas fondasi batu tanpa semen.

Menurut ahli geologi dari tim Percepatan Geopark Sumatera Utara, Gagarin Sembiring, struktur rumah itu sesuai dengan kondisi geologi Samosir yang rawan bencana gempa bumi tektonik, dan tsunami danau.

Tiga pilar taman bumi

Dari sudut pandang pariwisata, pertautan unsur alam, manusia, dan budaya dalam satu ekosistem ini menjadi fenomena menarik. Untuk itu, sejak 2012, banyak pihak mendorong agar Danau Toba dimasukkan dalam pengelolaan taman bumi global (global geopark network). Dalam konsep taman bumi manusia diajak menelusuri lorong waktu untuk memahami proses pembentukan bumi dengan terus menjaga warisannya.

Pada 2014, Danau Toba diajukan dalam pengelolaan Taman Bumi Kaldera Toba ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Hasil letusan supervolacano yang terakhir terjadi 74.000 tahun silam ini tak sekadar menyimpan warisan kebumian yang berharga, tetapi memuat pula peradaban dengan keragaman budaya yang berorientasi pada bentang alamnya.

KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Pemandangan Danau Toba di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (19/4/2015). Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang tercipta dari hasil letusan gunung berapi raksasa (supervolcano) pada 75.000 tahun silam.
Pengajuan ke UNESCO ini setelah pemerintah era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan kawasan ini sebagai Taman Bumi Kaldera Toba. Di Indonesia, hanya kawasan Gunung Batur di Bali yang sudah terdaftar dalam jaringan taman bumi global. UNESCO akan mengambil keputusan untuk Taman Bumi Kaldera Toba pada September 2015 seusai pengecekan lapangan.

Pemerintah Provinsi Sumut pun telah membentuk tim Percepatan Taman Bumi Kaldera Toba. Selain unsur pemerintah, dalam tim itu ada ahli geologi, akademisi, budayawan, dan perwakilan tujuh kepala daerah yang berada pada garis batas (deliniasi) kawasan Kaldera Toba. Tujuh daerah itu adalah Kabupaten Simalungun, Toba Samosir, Karo, Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi, dan Tapanuli Utara.

Lalu, konsep macam apa yang disusun melalui peta jalan (roadmap) Taman Bumi Toba? Ketua Tim Percepatan Geopark Kaldera Toba, Sabrina, kepada Kompas, mengatakan, lewat pengembangan geopark, nilai ekonomi di masyarakat akan ditingkatkan, selaras kegiatan konservasi dan pengembangan ilmu pengetahuan berkelanjutan dalam kawasan. ”Geopark adalah bentuk apresiasi pada semua nilai dan makna keunikan, kelangkaan, dan estetika warisan geologi. Di dalamnya terdapat keragaman geologi, keragaman biologi, dan keragaman budaya,” kata Sabrina yang juga menjabat Pelaksana harian Sekretaris Daerah Provinsi Sumut.

Harmoni antarelemen ini ditopang pembangunan berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat merasakan manfaat pengembangan taman bumi. Konsep ini berbeda dari pengelolaan warisan budaya yang semata berkiblat pada konservasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com