Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gemetar dan Panik di Udara

Kompas.com - 13/05/2015, 09:06 WIB
SALAH satu obsesi terbesar manusia modern adalah terbang. Oleh karena itu, terbang menggunakan pesawat semestinya menjadi aktivitas yang menyenangkan. Akan tetapi, banyak penumpang pesawat yang tersiksa karena mereka takut ketinggian.

Ketakutan itu dipicu oleh berbagai hal seperti saat terbang dia diliputi bayangan yang liar terhadap penerbangan. Ada yang takut terbang lantaran terlampau sering menyimak berita-berita tentang kecelakaan pesawat terbang. Ada juga yang sejak awal takut ketinggian. Meskipun takut terbang, mereka ini tetap naik pesawat, bahkan hingga puluhan kali dan akan terus bertambah.

Sebutlah Nury Risma (30), pebisnis di sebuah multilevel marketing (MLM). Bagi dia, naik pesawat merupakan penyiksaan karena dia tidak pernah dapat menikmatinya. Melihat awan dari balik kaca jendela saja dia pusing. Dia selalu memilih kursi lorong menghindari jendela. Begitupun toh tidak lantas membuatnya nyaman. Sepanjang jalan ibu satu anak ini menatap monitor di depan kursi yang memberikan informasi tentang ketinggian, jarak jelajah, kecepatan angin, hingga sisa waktu. Itu dia lakukan sambil terus berdoa. ”Begitu masuk pesawat, gemetar. Sepanjang jalan wiridan, he-he-he,” kata Nury, yang tidak pernah bisa tidur sepanjang perjalanan, padahal penerbangan yang dijalani bisa sampai delapan jam.

Sepanjang penerbangan, yang dirasakan Nury adalah takut jatuh. Dia selalu merinding setiap kali kakinya tidak memijak tanah. Badan rasanya terombang-ambing tidak berdaya. Orang yang duduk di samping Nury selalu jadi korban karena setiap tinggal landas atau mendarat, tangan Nury mencengkeram lengan mereka erat-erat. ”Kayak mau lahiran,” komentar seorang rekannya.

Kejadian paling menegangkan dialami Nury saat terbang dari Beijing ke Singapura melintasi laut Vietnam. Sepanjang laut Vietnam itu terjadi turbulensi berulang kali hingga satu setengah jam. Dia bertanya kepada Adrian, seorang pramugara, yang kemudian menjelaskan bahwa kondisi cuaca sedang tidak bagus. Nury makin cemas.

Ketika terjadi turbulensi yang lebih hebat dan Adrian pas melintas, Nury tiba-tiba memegang erat tangan sang pramugara. ”Untungnya dia baik dan ramah. Saya diambilkan air hangat dan ditemani sampai turbulensinya berhenti,” papar Nury yang setelah mendarat tak lupa foto bareng sang pramugara.

Informasi kecelakaan

Ketakutan serupa dirasakan perempuan pebisnis, sebut saja Ani (33). Semula dia sangat menikmati penerbangan. Belakangan dia beberapa kali diserang panik ketika berada di udara lantaran dia teringat kecelakaan pesawat terbang.

Kebetulan dia memang gemar membaca seputar dunia penerbangan. Ketika terjadi kecelakaan, Ani mengikuti pemberitaannya sampai detail, mulai dari peristiwa hingga analisisnya. ”Eh, jadi kalau pas lagi turbulensi atau cuaca buruk kok jadi parno sendiri karena sering nonton pembahasan kecelakaan pesawat terbang.”

Surya Pratama (47), karyawan sebuah perusahaan, kerap menghindar kalau harus bepergian dengan pesawat. Ia merasa paling tak berdaya ketika berada dalam pesawat yang mengangkasa. Dalam benaknya, badan pesawat tak akan cukup kokoh untuk mengarungi langit.

KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Warga Dayak Kenyah usai menaiki pesawat ringan di bandara perintis di Desa Data Dian, Kayan Hilir, Malinau, Kalimantan Utara, 8 Desember 2014. Data Dian adalah salah satu desa yang berada di perbatasan Indonesia - Malaysia. Akses menuju desa ini hanya dapat ditempuh mengunakan jalur udara.
Pada saat penerbangan berjalan tenang tanpa gumpalan mengusik sekalipun, Surya bisa membayangkan lantai pesawat seolah-olah bakal jebol. Di sisi lain, ia membayangkan tak akan ada harapan hidup jika pesawat mengalami kecelakaan. ”Kalau terperangkap dalam bus karena suatu kecelakaan, misalnya, masih bisa dibayangkan usaha menyelamatkan diri seperti apa. Kalau di udara bagaimana?” ujarnya.

Beberapa hari sebelum bepergian dengan pesawat, Surya biasanya sudah stres. Namun, puncak ketegangannya tentu terjadi ketika ia memasuki pesawat. Akhirnya, ia meminum obat penenang tiap kali menempuh penerbangan jarang menengah dan panjang. ”Begitu masuk pesawat, minum obat penenang itu, biasanya efeknya saya bisa tidur nyenyak. Teman seperjalanan yang kadang mengeluh karena saya tidur terus, tidak bisa diajak ngobrol,” ujarnya.

Penyair Warih Wisatsana (50) jauh hari sebelum naik pesawat selalu stres. Ia bahkan bisa muntah-muntah seminggu sebelum keberangkatannya dari Bali menuju Jakarta, misalnya. Di dalam kabin, jika di kantong kursi tersedia lembaran doa, ia akan membacanya dari semua agama berulang-ulang. ”Kalau masih boleh memilih, saya lebih baik berkereta,” katanya. Ketakutan itu, katanya, dipicu oleh imajinasinya yang liar tentang ketinggian dan pesawat. ”Saya tidak bisa pasrah. Selalu mikir gimana kalau jatuh...,” tuturnya.

Meskipun takut terbang, Nury, Ani, maupun Surya tetap akan naik pesawat. Dalam waktu dekat ini, Ani dan Nury sudah merencanakan perjalanan. ”Aku pengin melihat dunia belahan Bumi yang lain. Aku suka jalan-jalan. Aku terpaksa naik pesawat karena tidak mungkin ke Korea (misalnya), naik kereta he-he-he,” kata Nury yang sudah puluhan kali
terbang.

Turbulensi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com