Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Nuansa Kampung Aceh di Desa Wisata Lubuk Sukon

Kompas.com - 09/07/2015, 11:02 WIB
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Keberadaan rumah tradisional atau rumah adat semakin langka. Tak terkecuali di Aceh. Rumah tradisional berbentuk rumah panggung dengan material kayu semakin tergerus modernisasi.

Untuk menyelamatkan warisan budaya dan menjaga kearifan lokal yang ada di dalamnya, pemerintah Aceh di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) meluncurkan kampung wisata, Desa Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar.

Ditetapkannya Lubuk Sukon sebagai desa wisata bukan tanpa alasan. Desa yang berpenduduk sekitar 200 kepala keluarga (KK) tersebut masih menjaga kearifan lokal dalam wujud hunian. Desa wisata yang diluncurkan pada 2013 itu sudah lama diwacanakan.

Hal ini mengingat keberadaan rumah tradisional sudah semakin langka, konon lagi perkampungannya. Kini warga setempat menawarkan homestay bagi anda yang ingin merasakan atmosfer perkampungan Aceh.

Lokasi

Desa wisata ini terletak sekitar 20 Km dari pusat Kota Banda Aceh. Namun akses ke sini terbilang mudah. Anda bisa memakai kendaraan pribadi jenis apa saja atau menggunakan jasa angkutan kota Jurusan Kabupaten Aceh Besar.

Jika anda menggunakan jasa travel, maka tinggal meminta untuk memasukkan desa wisata ini dalam daftar destinasi. Perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam.

Anda tinggal menyusuri jalan Raya Banda Aceh – Medan, tak terlalu jauh dari bundaran Lambaro yang menjadi pintu gerbang masuk ke Kabupaten Aceh Besar. Dari jalan raya berbelok ke kiri dan melewati jembatan sepanjang sekitar 200 meter. Dari sini nuansa perkampungan dengan pemandangan sawah hijau yang membentang dan latar gugusan Bukit Barisan menyegarkan mata.

Memasuki gapura pintu masuk ke Desa Lubuk Sukon yang terpaut sekitar 500 meter dari jalan raya, anda disambut dengan deretan rumah tradisional Aceh yang masih terawat baik. Keberadaannya berjajar rapi diapit pagar hidup yang berada di kedua sisi jalan.

Rumah wisata sendiri yang tak jauh terpaut dari gapura masuk sedang dalam proses pembangunan. Namun anda tak harus menunggu rumah wisata rampung untuk menengok kehidupan perkampungan Aceh. Warga setempat sudah sadar wisata dan hangat terhadap pendatang.

SERAMBI INDONESIA/NURUL HAYATI Jembatan menuju gapura masuk desa wisata Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Dari kejauhan tampak gugusan Bukit Barisan.
Tak kurang para pesohor negeri ini seperti artis Christine Hakim, chef Farah Quinn, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Yohanna Susana Yembise pernah menginjakkan kaki di sini. Begitu juga halnya dengan pelancong dari luar negeri.

Arsitektur rumah Aceh

Rumah Aceh memiliki beberapa ruangan, yaitu serambi muka yang diperuntukkan bagi kalangan laki-laki, ruang tengah khusus ruang keluarga, dan serambi belakang untuk kaum perempaun. Di ruang tengah atau yang disebut dengan rambat, ruangannya lebih tinggi dan di sisinya terdapat dua kamar. Masing-masing diperuntukkan bagi kedua orang tua dan anak perempuan yang sudah menikah.

SERAMBI INDONESIA/NURUL HAYATI Serambi depan rumah tradisional Aceh.
Sedangkan rumah dibangun dengan menghadap kiblat, sehingga jika ada tamu yang masuk lewat serambi depan, tidak menghalangi orang yang sedang shalat.

Perkakas di rumah Aceh sederhana saja seperti peralatan memasak, bertani, serta perabotan yaitu alas duduk berupa tikar dengan penghias ruangan seperti keramik-keramik antik.

Yang menjadi ciri khas rumah Aceh adalah rumah panggung yang semua materialnya terbuat dari kayu dan tidak menggunakan paku. Paku diganti dengan rotan atau dipasang langsung ke tiang penyangga.
"Dulunya rumah ini berada di pedalaman Kecamatan Indrapuri (Kabupaten Aceh Besar), umurnya saat itu sudah 100 tahun. Baru kemudian dipindahkan kemari. Rumah Aceh yang ada sekarang rata-rata warisan dan berumur panjang, cuma perawatannya butuh biaya besar,” ujar salah satu warga desa wisata Lubok Sukon, Cut Rahmi Stesia.

Homestay

Warga setempat seperti halnya Cut, menerima pelancong untuk menginap di kediamannya. Untuk sewa kamar dipatok Rp 200.000 per malam. Jika ingin mendapat servis berupa sarapan, makan siang, dan makan malam maka tinggal menambah Rp 100.000 saja.

Cukup ekonomis bukan? Cut sendiri mengaku sering mendapat pesanan memasak kuliner khas Aceh Besar yaitu "sie reuboh" atau daging rebus. Tapi jangan salah, meskipun bernama daging rebus, namun seperti lazimnya kuliner Aceh yang kaya bumbu dan rempah, olahan daging sapi ini juga berlumur bumbu yang rasanya nendang di lidah.

Istimewanya lagi kuliner yang satu ini tahan hingga sebulan. Bagaimana, anda tertarik merasakan atmosfer perkampungan Aceh? (Nurul Hayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com